“Sin, dua hari lagi aku akan ikut tim
pendaki gunung Jaya Wijaya,” ujar Paman Kikuk. “Wah, hebat, Paman Kikuk.
Tapi... emang Paman Kikuk kuat mendaki?” canda Husin.
“Ah, kau ini memang paling suka
meragukanku, ya.... Biarpun begini, aku ini jago kungfu dan mantan pendaki
gunung. Aku akan buktikan padamu,” sumbar Paman Kikuk.
Keesokan paginya, Paman Kikuk mulai
latihan fisik. Dia awali latihan dengan berlari keliling kompleks. Kaki dan
tangan Paman Kikuk diikat dengan potongan besi.
Paman Kikuk tampak ngos-ngosan. Namun,
karena takut diledek Husin, dia pura-pura kuat. “Paman, istirahat dulu. Sini,
minumair jeruk segar,” goda Husin. Paman Kikuk melengos dan tetap berlatih.
Paman Kikuk melakukan Push Up.
Paman Kikuk tahu Husin memperhatikan dirinya. Karena itu, dia memaksakan diri
bergaya kuat. “...99,100...” ucapnya keras-keras sambil melirik Husin.
Tidak hanya push up, Paman Kikuk
juga melakukan sit up dan angkat beban. Paman Kikuk terus berlatih seharian.
Bahkan, dia menolak untuk istirahat.
Sore harinya, selesai mandi, Paman
Kikuk mempersiapkan perlengkapan mendakinya. “Kamu sudah melihat sendiri, kan?
Pamanmu ini memang punya fisik yang kuat,” pamer Paman Kikuk pada Husin.
Keesokan paginya.... “Paman, bangun.
Sudah ditunggu tim pendaki, tuh,” seru Husin. “Uhhh... Sin, badanku sakit
semua... sakiiit... Bilangin mereka, aku enggak jadi ikut....,” rintih Paman
Kikuk.
(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII.
2 September 2010. Hal. 24-25)
Ilustrasi: Sabariman R.
0 komentar:
Posting Komentar