Pak Krayo adalah kurcaci pembuat
krayon. Ia mencairkan lilin di tungku panas. Lalu menambahkan bubuk pewarna.
Adonan lilin berwarna itu lalu dituang ke cetakan krayon.
Setelah krayon selesai dibuat, Pak
Karyo menjualnya di kios. Sayang, tak ada pembelinya. “Krayon Pak Krayo tidak
bagus,” bisik para kurcaci. Pak Krayo sedih. Oki dan Nirmala jadi iba.
“Mungkin dus krayonnya tidak menarik.
Kiosnya juga reot,” bisik Oki. “Mungkin juga, Ki!” kata Nirmala. Ia lalu
menyulap, “Sim salabim!” Waaah, lihatlah!
Kios Pak Krayo kini berwarna ceria dan
indah. Dus-dus krayonnya juga jadi warna-warni. “Terima kasih, Nirmala,” seru
Pak Krayo girang. Eh, tapi, siapa itu yang mengintip?
Tenyata Dino tertarik melihat krayon
warna-warni. Nyem nyem... Diam-diam, Dino menelan beberapa batang krayon. “Eeh,
Dino! Jangan dimakan!” seru Oki.
“Aduuh, krayonku!” seru Pak Krayo
terkejut. Lihatlah, warna kulit Dinoo kini jadi seperti deretan krayon
warna-warni. Tiba-tiba datanglah para kurcaci. Mereka tertarik melihat Dino.
“Hihihi, lihat! Ada hewan seperti
krayon!” teriak mereka sambil berkumpul di dekat kios Pak Krayo. Beberapa
kurcaci terkejut melihat kios baru Pak Krayo. “Wah, kios Pak Krayo jadi bagus.
Dus krayonnya juga bagus!” seru mereka, lalu berebutan membeli krayon. Betapa
senangnya Pak Krayo. Oki dan Nirmala juga gembira. “Hihi, untung ada Dino,”
kata Oki. (Vanda P)
(Sumber: Bobo Edisi 24. Tahun XXXVII.
24 September 2009. Hal. 42-43)
Ilustrasi: WAND Studio
0 komentar:
Posting Komentar