Ruti Siput dan Ciki Ayam
By: Deny
Wibisono
Ruti
siput adalah siput yang ramah dan rajin menyapa teman-temannya.
“Selamat pagi, Ciki!” sapa Ruti pada Ciki Ayam di
suatu pagi.
Ciki Ayam
sangat sombong. Bukannya balas menyapa, ia malah mengejek Ruti.
“Hei, hewan lamban! Aku penasaran ingin melihat cara
kau berlari! Kalau ada banjir, kau pasti yang tenggelam lebih dulu. Hahaha...”
ledek Ciki.
Ruti hanya tersenyum kecil, lalu merayap
meninggalkan tempat itu.
“Tidak baik mengejek sesama makhluk hidup, Ciki,”
nasihat Pak Robi Kelinci yang kebetulan ada di situ.
“Memangnya kenapa? Dia memang lamban, kan?” Ciki
Ayam tak peduli.
“Ciki, semua binatang punya kelebihan dan
kekurangan.”
“Hahaha... memangnya apa kelebihan si Ruti lamban
itu? Tidak ada!”
“Pasti Ruti punya kelebihan. Kau berani bertanding
dengannya?” tantang Pak Robi Kelinci.
“Aku bersedia bertanding apa pun dengan Ruti. Asal
jangan adu lari paling lamban saja! Hahaha...” Ciki kembali tertawa mengejek.
Pak Robi kelinci segera pergi menemui Ruti. Ia lalu
menanyakan, apa kelebihan Ruti. Pak Robi ingin agar Ruti bertanding dengan
Ciki, agar Ciki berhenti mengejek.
“Biarkan saja Ciki mengejekku. Nanti juga dia capek
sendiri. Aku memang tidak punya kelebihan apa-apa,” jawab Ruti pelan.
“Ciki perlu diberi pelajaran. Coba pikir baik-baik.
Kau pasti punya kelebihan Ruti!” bujuk Pak Robi.
Ruti terharu mendengar ucapan Pak Robi.
“Apa, ya, kelebihanku? Aku cuma bisa merayap pelan.
Tubuhku selalu dipenuhi lendir. Aku bisa merayap di tanah dan memanjat pohon,”
ucap Ruti.
“Ah, itu dia!” teriak Pak Robi Kelinci dengan senyum
mengembang.
“Kita tantang Ciki lomba memanjat pohon. Bagaimana menurutmu?”
Ruti tersenyum setuju. Saat itu juga Pak Robi
menemui Ciki. Semula Ciki bingung mendengar tantangan Pak Robi. Namun karena
sudah terlanjur berjanji, ia pun terpaksa setuju.
Ilustrasi: Benny |
Semua binatang berkumpul menyaksikan pertandingan
memanjat pohon itu. Pak Robi sengaja memilih pohon kelapa. Pohon yang tinggi
dan tak bercabang, agar Ciki tidak bisa meloncat.
Pertandingan pun dimulai. Semua binatang tertawa
melihat Ciki yang kebingungan memanjat pohon. Ciki malu sekali karena
dikalahkan seekor siput.
Setelah pertandingan, Ciki meminta maaf pada Ruti.
Ciki dan Ruti pun menjadi sahabat baik. Ciki kini sadar, semua makhluk mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Mulai hari itu ia berjanji untuk menghargai makhluk
lain.
(Sumber: Bobo Edisi 22.
Tahun XXXVII. 10 September 2009. Hal 2)
0 komentar:
Posting Komentar