29 September 2016

Perang Bola Salju


Perang Bola Salju

By: Maria Wiedyaningsih

    Chrisna sudah menerima Mama sebagai calon mama barunya. Apakah sekarang saatnya Li-El menerima Oom Gi sebagai calon papanya? Li-El sibuk memikirkannya, saat bermobil bersama Oom Gi hari Minggu ini. Soalnya, sikap pendiam Oom Gi makin membuatnya cemas.

     Betapa leganya Li-El, akhirnya tiba dirumah Yuna. Namun rasa leganya hilang saat harus mendongeng. Kalau Yuna dan teman-temannya tidak suka dongengnya, pesta ultah Yuna yang keempat ini bisa kacau.
Ilustrasi: Yoan

      Sepertinya rasa kurang pede Li-El benar-benar berpengaruh. Teman-teman Yuna tidak tertarik pada cerita Li-El tentang petualangan beruang kecil.

       “Beruang kecil bertanya pada katak...”

    Tiba-tiba, salah satu teman Yuna menangis. Yang lainnya langsung ribut. Li-El terdiam bingung.
Ilustrasi: Yoan

         “Hai, Beruang kecil!” ujar Oom Gi dengan suara serak.

        Li-El tertegun saat Oom Gi mengambil boneka katak Li-El. Semua anak langsung memperhatikan. Li-El tahu, Oom Gi sedang membantunya mendongeng bersama.

       Tentu, Oom Gi tidak sepandai Li-El. Apalagi Oom Gi hanya mengira-ngira ceritanya. Namun, justru karena kadang tidak nyambung, dongeng mereka menjadi lebih seru.

    “Terima kasih, Oom,” bisik LI-El terharu saat semua bertepuk tangan.

      Sayang, kekompakan Li-El dan Oom Gi kembali menghilang di mobil. Lagi-lagi mereka terjebak suasana canggung. Apa, ya, yang bisa membuat Li-El dan Oom Gi makin akrab? Ah, tiba-tiba Li-El bisa menebak apa yang akan dilakukan Mama.

      “Mungkin Oom Gi perlu senam,” celetuk Li-El tiba-tiba.

     Senam? Oom Gi bingung, tidak mengerti maksud Li-El. Ia semakin bingung saat Li-El mengajaknya ke Dufan, ke wahana Halilintar. Saat akan naik Halilintar, Li-El tersenyum sok berahasia.

      Anehnya, ketika turun dari Halilintar, wajah Li-El tampak kecewa. “Kalau tadi Oom berteriak-teriak, pasti asyik sekali,” Li-El setengah protes. Oom Gi memang hanya tersenyum-senyum saat diputar-putar Halilintar.

      “Oh, jadi maksud kamu tadi, Om perlu senam muka, ya?” ujar Oom Gi, sekaligus heran.

       Di mobil Li-El masih kecewa. Rencananya bergembira bersama Oom Gi gagal. Kelihatannya Oom Gi merasa bersalah. Namun wajahnya berubah cerah saat melihat seorang penjual mainan. Li-El terheran-heran saat Oom Gi memborong bola-bola plastik seukuran bola tenis.

      Setiba di rumah Li-El, Oom Gi membagi bola-bola itu ke dalam dua baskom. Ia lalu memasukkan air dan tepung ke dalam baskom.

      “Oom Gi mau bikin bola goreng?” ujar Li-El, garuk-garuk kepala.

     Oom Gi hanya tertawa. Rupanya ingin seperti Li-El yang sok berahasia. Lalu, Oom Gi mengajak Li-El, Mama dan Deni memakai kacamata renang. Ketiganya berpandangan bingung saat mengikuti Oom Gi ke halaman belakang.

    Mereka semakin bingung memperhatikan Oom Gi menata empat kursi. Masing-masing bersejajar dua, terpisah beberapa meter.

    “Sekarang, kita siap perang bola salju!” jelas Oom Gi, tersenyum.

    Semua tertawa. Hi hi ... Oom Gi ada-ada saja! Rupanya bola berbalut tepung dipakai sebagai gumpalan salju. Kursi-kursi dijadikan tempat berlindung. Kacamata renang dipakai untuk melindungi mata mereka.

   “Ide yang bagus sekali!” ujar Mama. Tanpa berlama-lama, Mama mengambil satu baskom dan berlindung di balik kursi. Dengan gembira Li-El menyusulnya, Oom Gi dan Deni berlindung di balik kursi yang lain.

     Kalau terkena lemparan, sebenarnya sama sekali tidak sakit. Namun, siapa yang mau terkena adonan tepung? Jadi, tentu saja semua sibuk menghindar. Juga bersorak kegirangan saat lemparannya mengenai sasaran. Benar-benar seru!

   “Pasti ini ide Oom Gi yang paling iseng,” pikir Li-El geli. Sesaat kemudian, dia tertegun. Barangkali Oom Gi tidak akan pernah lagi punya ide iseng lainnya. Namun, Li-El tidak lagi keberatan.

   Tadi, Oom Gi berusaha keras menolong Li-El saat kesulitan mendongeng. Pasti Oom Gi akan berusaha keras menolongnya saat ada kesulitan  lain. Saat Li-El sakit, saat Li-El sedih. Pasti Oom Gi akan melakukan hal yang sama pada Chrisna, Mama, dan Deni. Saat itu saja, Oom Gi sedang berusaha membuat mereka semua gembira.

      Tiba-tiba Li-El tahu papa seperti apa yang diinginkannya. Papa yang selalu sayang pada keluarganya. Tidak apa kalau memang pendiam.
Ilustrasi: Yoan

     “Aduh!” keluh Li-El.

     Pipi Li-El kena lemparan. Dia terlalu sibuk berpikir Oom Gi sedang senyum-senyum, setengah geli, setengah bersalah.

    “Calon papa yang baik seharusnya enggak begini. Melempar calon putrinya dengan bola!” gerutu Li-El dalam hati.

      Aduh, Li! Kalian, kan, sedang perang bola salju!

(Sumber: Bobo Edisi 24. Tahun XXXVII. 29 September 2009. Hal. 10-11)


0 komentar:

Posting Komentar