Anak Ayam Paling Mungil
By: Sri Widiastuti
Di sebuah pohon besar, seekor burung penyanyi bersarang. Di bawah
pohon itu, seekor induk ayam sedang mengeram. Saat induk burung pergi, tanpa
sengaja sebutir telurnya jatuh. Wah, jatuhnya tepat di dalam sarang ayam. Telur
mungil itu, tergeletak di tengah-tengah telur lainnya.
Sorenya, induk ayam pulang dari mencari makan. Ia tidak
sadar kalau telur-telurnya bertambah satu. Ia mengerami telur-telur itu sampai
semuanya menetas.
Ketika memandangi anak-anaknya yang baru menetas, induk ayam
bingung. Salah satu anaknya kecil sekali dibandingkan anak-anak lain. Tetapi,
ia tetap menyayanginya.
Sekelompok anak ayam nakal sering mengejek anak burung itu.
Namun, anak burung itu bahagia bersama keluarganya. Induk dan saudara-saudaranya
selalu menjaganya. Sang induk ayam juga sering menghiburnya.
“Suatu saat, kamu akan dikagumi. Asal kamu tidak menyerah,
mencari apa yang paling kamu bisa,” pesannya.
Suatu hari, sekelompok anak ayam nakal mengejarnya.
Kebetulan, saudara-saudara si anak burung sedang pergi. Jadi, tidak ada yang
menjaganya. Anak burung berlari ketakutan. Karena panik, tanpa sengaja ia
mengepakkan sayapnya. Semakin lama, semakin cepat. Tubuhnya lalu mulai
terangkat. Semakin lama, semakin tinggi. Anak-anak ayam nakal tidak bisa lagi
menjangkaunya.
Ilutsrasi: Mono |
“Wah, kamu hebat. Bisa terbang setinggi itu!” teriak
saudara-saudara anak burung yang baru datang.
Anak burung itu kebingungan. Ternyata, ia bisa terbang.
Ibunya benar. Ia akan dikagumi. Sejak saat itu, anak burung rajin belajar
terbang. Jika lelah, ia bertengger di atas pohon. Saat berada di atas pohon,
anak burung kadang merasa sepi. Maka, ia pun mulai bernyanyi.
Ilutsrasi: Mono |
Suaranya yang merdu terdengar oleh gadis petani. Gadis itu
merasa bahagia dan menebarkan remah-remah roti sebagai hadiah. Anak burung
membawa pulang remah-remah roti itu. Ia memakannya bersama induk dan
saudara-saudaranya. Bila berlebih, induk ayam akan membagikannya pada ayam-ayam
lain.
Anak burung kini bahagia. Meski tubuhnya mungil, ia berhasil
menjadi makhluk yang dikagumi. Tidak hanya oleh para ayam, tetapi juga manusia.
Karena, ia pandai bernyanyi.
(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9
Desember 2010. Hal. 2)
0 komentar:
Posting Komentar