Nyanyian Katrina
By: Dian Kristiani
Katrina adalah seorang gadis kecil, putri bangsawan
yang kaya. Ia gemar sekali bernyanyi. Ia juga suka bermain gitar. Permainan
gitarnya indah sekali. Sayang, nyanyian Katrina tidak seindah permainan
gitarnya.
Ilustrasi: Melani |
Orang-orang
menjuluki Katrina dengan sebutan “Si Suara Gagak”. Sebab, suara Katrina lebih
mirip teriakan burung gagak. Mereka selalu menutup telinga saat mendengar
Katrina bernyanyi. Namun, mereka tak berani melakukannya di depan Katrina.
Mereka takut Katrina akan marah. Katrina bahkan sudah tiga kali memecat
pengasuhnya karena para pengasuh itu berkata jujur.
“Sebaiknya, kau jangan bernyanyi terlalu keras. Nanti orang-orang akan
mengejekmu,” kata Nyonya Linda, pengasuh pertama.
“Permainan gitarmu sungguh indah, sayang suaramu tidak seindah itu,” kata
Nyonya Grace, pengasuh kedua.
“Apa? Kau ingin menghibur korban banjir dengan nyanyian? Sebaiknya jangan
Katrina, atau mereka akan semakin merana,” kata Nyonya Jane, pengasuh ketiga.
Ilustrasi: Melani |
Akhirnya, tidak ada lagi yang berani melamar menjadi pengasuh Katrina. Ibu
Katrina pusing memikirkannya. Lagi-lagi, ia harus memasang pengumuman lowongan
kerja sebagai pengasuh Katrina.
Nun jauh di desa terpencil, tinggallah seorang wanita tua bernama Nyonya
Edelweiss. Dulu, Nyonya Edelweiss adalah seorang guru musik. Ia juga pandai
menyanyi. Nyonya Edelweiss mendengar tentang lowongan kerja itu. Ia tertarik
untuk melamar. Setelah menjalankan serangkaian tes, Nyonya Edelweiss pun resmi
menjadi pengasuh Katrina yang baru.
Katrina
senang mendapat pengasuh yang juga suka bermain musik dan bernyanyi. Katrina
lalu mengajak Nyonya Edelweiss berlatih musik di taman. Saat Katrina mulai
bernyanyi, Nyonya Edelweiss terkejut. Itu suara terburuk yang pernah ia dengar.
“Bagaimana
Bu Edelweiss, apakah suaraku sudah cukup bagus
untuk lagu ini?” tanya Katrina.
Nyonya Edelweiss diam, ia tak menjawab. Ia malah menyuruh
Katrina untuk memainkan gitarnya dan mengiringinya bernyanyi.
“Wah, suaramu sungguh merdu, Bu Edelweiss. Bagaimana jika kita berduet di
pesta tahun baru?”
Nyonya Edelweiss tersenyum dan menjawab.
“Boleh saja. Untuk itu, kita harus rajin berlatih. Akan lebih baik jika
kita berlatih di dekat gua di atas bukit di sana. Di sana, suasananya sunyi dan
tidak akan ada yang mengganggu kita.”
Keesokan harinya, Nyonya Edelweiss mengajak Katrina menaiki bukit. Di atas
bukit itu, terdapat banyak gua. Katrina amat senang. Latihan pun dimulai.
Nyonya Edelweiss meminta Katrina untuk bernyanyi sendiri. Katrina pun
dengan percaya diri mulai bernyanyi. Tak lupa, ia memetik senar gitarnya.
Baru saja ia mendendangkan satu baris syair, terdengar suara yang buruk di
telinganya. Suara itu mirip suara burung gagak. Katrina menajamkan telinganya,
namun suara itu telah hilang. Ia bernyanyi lagi.... Heran, lagi-lagi suara itu
muncul. Setiap kali Katrina bernyanyi, suara itu terus muncul menirukan
nyanyiannya! Katrina mulai jengkel. Ia berteriak.
“Hei... siapa yang menyanyikan laguku?”
“Hei... siapa yang menyanyikan laguku?” terdengar suara yang sama
menyahutnya.
Ilustrasi: Melani |
Nyonya Edelweiss meletakkan keranjang bunganya. Ia mendekati
Katrina dan duduk di sebelahnya. Dengan hati-hati, Nyonya Edelweiss berkata,
“Tidak ada yang menirukanmu, Katrina. Suara yang kau dengar tadi adalah suaramu
sendiri.”
“Suaraku sendiri? Tak mungkin! Suara yang kudengar tadi lebih mirip suara
burung gagak. Bukankah suaraku indah?” jawab Katrina marah.
Nyonya Edelweiss kemudian menggandeng tangan Katrina dan
mengajaknya mendekati gua. Ia menyuruh Katrina kembali berteriak. Lagi-lagi
suara itu bergema menirukannya. Sekarang, sadarlah Katrina bahwa suara yang
buruk itu memang suaranya sendiri.
“Ya ampun... begitu jeleknya suaraku!” Katrina menangis. “Berarti selama
ini para pengasuhku benar.”
Nyonya Edelweiss tersenyum.
“Katrina, suaramu mungkin tidak indah. Tetapi permainan gitarmu sungguh
indah. Sebagai manusia, kita tidak mungkin mampu melakukan semua hal dengan
sempurna. Tuhan sudah memberi kita kelebihan masing-masing.”
“Tetapi aku suka sekali bernyanyi,” sergah Katrina.
“Aku tahu. Kau pasti bisa bernyanyi dengan indah jika kau mau rajin
berlatih. Aku tak keberatan melatihmu. Tetapi sebaiknya, untuk acara tahun baru
nanti, kau bermain gitar dan aku yang bernyanyi. Pasti para tamu akan senang.
Aku yakin tahun depan, kau sudah bisa tampil bernyanyi dengan baik. Tentu jika
kau mau berlatih dengan sungguh-sungguh,” kata Nyonya Edelweiss.
Katrina tersenyum mendengarnya. Siang itu, dari atas bukit, terdengar
lantunan merdu suara Nyonya Edelweiss diiringi petikan gitar yang indah dari
Katrina.
0 komentar:
Posting Komentar