2 September 2019

Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang - Lilu Mengambil Layangan





Bona tertidur di bawah pohon. Tiba-tiba, Lilu membangunkannya. “Bona! Bonaaa! Tolong buatkan tangga dengan belalaimu!”


Bona membentuk belalainya jadi tangga. Lilu kemudian mengambil layangan yang tersangkut di pohon dengan tangga itu.


Bona yang masih mengantuk, tiba-tiba ketiduran. Syuuut... Belalai Bona langsung terkulai lemas. “Hwaaa!” Lilu terjatuh.


Bona segera terbangun. Dia membentuk kasur empuk dengan belalainya. Thuiiing! Lilu jatuh membal di kasur belalai.


“Maaf Lilu, aku ngantuk sekali. Untuk apa, sih, tangga belalaiku?” tanya Bona. “Aku mau mengambil layangan, Bona...” kata Lilu sambil menangis.


“Kenapa minta dibuatkan tangga, kenapa tidak minta diambilkan saja?” Bona mengambil layangan nyangkut itu. Lilu berhenti menangis. Ah, betul juga kata Bona! (Dwi)

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 48)
Ilustrasi: WAN’D Studio

Ceritera Dari Negeri Dongeng - Kaktus




Bintang Malam datang berkunjung ke Negeri Dongeng. Pengawanya membawakan beberapa pot kaktus berbunga. Semua dibagikan pada Nirmala, Oki, dan kurcaci lainnya. “Ayo, aku ajari cara merawat kaktus,” kata Bintang Malam. “Nanti aku saja yang mengajari teman-temanku. Sekarang, kita main saja, yuk!” ajak Oki tak sabar.


Nirmala menata pot-pot kaktus itu di halaman istana. Ia juga menuliskan nama pemiiknya. “Tanaman kalian ditaruh di sini saja ya,” kata Nirmala. Semua kurcaci setuju.


Setelah Bintang Malam pulang, Oki mengajari teman-temannya cara merawat kaktus. “Sirami banyak air setiap hari, supaya bunga-bunganya tetap segar,” kata Oki sok tahu.


Beberapa minggu kemudian, bunga kaktus-kaktus itu menjadi layu. Oki panik. Pada saat itu, Nirmala sedang mengagumi bunga kaktusnya. Diam-diam Oki mengambil tongkat Nirmala.


Oki menyulap kaktus-kaktus para kurcaci. TRING! Astaga, tanaman itu malah menjadi besar. Oki terjebak di tengah, tak berani bergerak, takut tertusuk. “Tolooong...” teriak Oki panik.


Nirmala segera mengambi tongkatnya yang tergeletak di tanah. “Sim salabim!” Nirmala menyulap sehingga tanaman itu mengecil lagi. “Tanaman kaktus tidak perlu banyak air, Ki! Malah ada yang sebulan sekali saja disiramnya,” Nirmala menjelaskan. “Huuu... kamu sok tahu, sih, Ki!” ledek kurcaci lainnya sambil tertawa. Wah, Oki jadi malu. (Vanda P)

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 40-41)
Ilutsrasi: WAND Studio

Paman Kikuk, Husin dan Asta - Sang Pendaki




“Sin, dua hari lagi aku akan ikut tim pendaki gunung Jaya Wijaya,” ujar Paman Kikuk. “Wah, hebat, Paman Kikuk. Tapi... emang Paman Kikuk kuat mendaki?” canda Husin.

“Ah, kau ini memang paling suka meragukanku, ya.... Biarpun begini, aku ini jago kungfu dan mantan pendaki gunung. Aku akan buktikan padamu,” sumbar Paman Kikuk.


Keesokan paginya, Paman Kikuk mulai latihan fisik. Dia awali latihan dengan berlari keliling kompleks. Kaki dan tangan Paman Kikuk diikat dengan potongan besi.


Paman Kikuk tampak ngos-ngosan. Namun, karena takut diledek Husin, dia pura-pura kuat. “Paman, istirahat dulu. Sini, minumair jeruk segar,” goda Husin. Paman Kikuk melengos dan tetap berlatih.


Paman Kikuk melakukan Push Up. Paman Kikuk tahu Husin memperhatikan dirinya. Karena itu, dia memaksakan diri bergaya kuat. “...99,100...” ucapnya keras-keras sambil melirik Husin.


Tidak hanya push up, Paman Kikuk juga melakukan sit up dan angkat beban. Paman Kikuk terus berlatih seharian. Bahkan, dia menolak untuk istirahat.


Sore harinya, selesai mandi, Paman Kikuk mempersiapkan perlengkapan mendakinya. “Kamu sudah melihat sendiri, kan? Pamanmu ini memang punya fisik yang kuat,” pamer Paman Kikuk pada Husin.


Keesokan paginya.... “Paman, bangun. Sudah ditunggu tim pendaki, tuh,” seru Husin. “Uhhh... Sin, badanku sakit semua... sakiiit... Bilangin mereka, aku enggak jadi ikut....,” rintih Paman Kikuk.

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 24-25)
Ilustrasi: Sabariman R.

Bobo - Panen Lobi Lobi





Di rumah Paman Dick Selidik sedang panen buah lobi-lobi. Tentu saja, Lobi Lobi paling senang menyambutnya. Sudah terbayang semua makanan enak dari buah lobi-lobi.


Tut Tut dan Dung Dung sebenarnya tidak terlalu suka makan buah lobi-lobi. Tetapi, mereka ikut senang ketika panen tiba. Lihat, Tut Tut memainkannya menjadi kereta lobi-lobi!


Sementara itu, Dung Dung sibuk menghitung buah lobi-lobi yang berhasil dia petik. Dung Dung memasukkannya ke dalam keranjang kecil. Dia berniat menghadiahkannya untuk Nenek.


Kebetulan, Bobo dan Coreng datang berkunjung. “Ay, ikut memanen buah lobi-lobi bersama kami!” ajak Lobi Lobi. Bobo dan Coreng juga tidak terlalu suka buah lobi-lobi.


Wah, Coreng bukannya membantu memetik buah lobi-lobi, melainkan menggambar pohon lobi-lobi, lalu menempelkan buah lobi-lobi sebagai hiasan gambarnya.


Lalu, apa yang dilakukan Paman Dick Selidik? Rupanya dia sedang meneliti ulat-ulat kecil yang menggigiti buah lobi-lobi. Mungkin, dia akan menangkap ulat-ulat itu.

Tidak semua anak suka dengan buah lobi-lobi yang rasanya asam. Tetapi, kalau Bibi Titi Teliti sudah menyulapnya menjadi pai lobi-lobi yang lezat, semua pasti langsung menyerbunya! (Vero)

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 6-7)
Ilustrasi: Rudi. Warna: Agus.

Hari Pasar di Maroko



Beberapa daerah di Indonesia masih mengenal hari pasar. Maksudnya, akan ada pasar di hari-hari tertentu. Ternyata, di Maroko juga begitu.

Seminggu Sekali


Jika berkunjung ke Maroko, terutama ke kota kecil dan desa, jangan lupa bertanya hari pasar di daerah itu. Sebab, seminggu sekali akan ada tempat yang “mendadak” jadi pasar. Masing-masing daerah mempunyai hari pasar yang berbeda-beda.


Berhubung hari pasar hanya ada seminggu sekali, para penjual dan pembeli ini tidak selalu berkumpul di sebuah bangunan pasar. Seringkali pasar terbentuk dari deretan tenda-tenda di sebuah lapangan besar. Kadang-kadang diberi atap tetapi tidak permanen. Namun, seringkali beratap langit. Kalau di Indonesia, kira-kira seperti deretan pedagang kaki lima. Hanya saja, para pedagang ini berjualan di tempat yang benar. Di Maroko, pasar ini disebut souk.

Hari pasar selalu ditunggu-tunggu. Inilah hari dimana orang-orang berkumpul untuk membeli aneka kebutuhan. Inilah juga hari di mana turis-turis mencicipi tradisi kehidupan di Maroko.

Silakan Memilih dan Menawar



Barang-barang dagangan di souk memang amat menarik. Aneka warna buah segar, karpet, jajanan, kerajinan, bumbu, dan banyak lagi. Tak jarang ada juga pertunjukkan. Pokoknya, lengkap!



Pagi hari biasanya banyak penjual buah-buahan dan daging mentah. Menjelang siang, mulai banyak penjual barang-barang. Malam hari, souk sudah dipenuhi oleh deretan warung makan dengan asap mengepul dan aroma lezat.

Saat datang ke souk, ingatlah bahwa harga di situ masih bisa ditawar. Nah, bagi pembeli yang jago menawar, bisa mendapatkan barang dengan harga yang cukup murah. Asyik, bukan?

Satu hari telah berlalu. Hiruk-pikuk pedagang dan pembeli juga berlalu. Mereka akan berkumpul seminggu lagi.

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 35)
Foto: Istimewa. Teks: Pipit