Bapak dan Emak sedang pergi. Anak-anak
disuruh menjaga Cimut. “Oooh, pekerjaan paling melelahkan di dunia,” keluh
Upik. “Cimut anak manis,” bela Bobo.
Upik ingin memberi Cimut permen supaya
tidak rewel. Tetapi, Upik tidak menemukan permennya. “Ya, ampun, Cimut makan
semua permenku!” Upik marah.
Cimut menangis dimarahi Upik. “Jangan
galak-galak, Pik! Cimut takut,” tegur Bobo. “Cimut masih kecil. Dia belum tahu
kalau tidak boleh makan banyak permen.”
Bobo meminjamkan mobil-mobilannya
supaya Cimut tenang. Eh, Cimut merusaknya. Bobo kesal, lalu memarahi Cimut.
Lagi-lagi Cimut menangis.
“Kalian memang tidak bisa menjaga
Cimut!” omel Coreng. Cimut diam setelah bermain lari-larian bersama Coreng.
Cimut tertawa mengejar Coreng. Coreng senang.
Lama-lama, Coreng capek. Tetapi, Cimut
menariknya, mengajaknya lari-lari. “Aduuuh, aku capek, Cimut!” keluh Coreng.
Cimut malah menangis.
“Ssst, kita pura-pura tidur saja.” Usul
Bobo memejamkan mata. Coreng dan Upik berbaring. Melihat saudara-saudaranya
tidur, Cimut mengikuti.
Ketika Bapak dan Emak Pulang, semua
anak tertidur. “Mereka pasti capek habis bermain seharian,” kata Bapak.
“Anak-anak yang manis,” puji Emak. (Vero)
(Sumber: Bobo Edisi 23. Tahun XXXVII.
17 September 2009. Hal. 4-5)
Ilustrasi: Rudi, warna: Agus