Tampilkan postingan dengan label Cergam Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cergam Anak. Tampilkan semua postingan

9 Desember 2019

Paman Kikuk, Husin dan Asta - Nggak Mau Kalah




“Pergi dulu, Paman. Aku mau main kelereng bareng teman-teman,” kata Husin. “Tunggu dulu, Sin!” seru Paman Kikuk. Dia lempar koran di tangannya dan bergegas mengejar Husin. “Aku ikut,” ujar Paman Kikuk.


“Paman mau ikut main kelereng?” tanya Husin keheranan. “Kenapa? Enggak boleh, ya? Kamu takut kalah?” ledek Paman Kikuk. “Waktu seumuran kamu, pamanmu ini memang terkenal jago main kelereng.”


“Teman-teman, pamanku mau ikut main bareng kita, boleh?” Teman-teman Husin tidak keberatan. Paman Kikuk kemudian membeli kelereng dari mereka dan mulai ikut bermain.


Mereka bermain kepala ular. Kelereng dijajar membentuk busur di dalam bidang yang digambar seperti bentuk tanda baca koma. Ini sangkar ularnya.


“Itu kepala ularnya, Paman. Siapa yang bisa mengeluarkan kelereng di ujung itu, dia dapat mengambil semua kelereng. Kalau kena yang ekornya, dia hanya ambik bagian itu,” jelas Husin pada Paman Kikuk.


Berkali-kali membidik, kelereng Paman Kikuk tak berhasil mengenai satu pun kelereng dalam sangkar ular. Sebaliknya, Husin dan teman-temannya bergantian berhasil menang.


Paman Kikuk berkali-kali harus beli kelereng karena kelerengnya habis melulu. Akhirnya, kesabarannya habis. “Sudah-sudah, cukup! Sini, aku beli kelereng kalian semua,” paksa Paman Kikuk.


“Nah, sekarang aku pemenangnya. Aku mau pulang,” ujar Paman Kikuk sambil ngeloyor pergi. “Lo, gimana, sih, Paman?” protes Husin. “Yaaah, enggak asyik, nih, Paman Kikuk,” keluh teman-teman Husin. (Joko)

(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 24-25)
Ilustrasi: Sabariman R.

Ceritera Dari Negeri Dongeng - Bola-Bola Lucu




Kurcaci-kurcaci kecil sedang asyik bermain bola. Oki juga ada bersama mereka. “Nirmala baik, ya. Kita masing-masing dikasih bola,” kata salah satu kurcaci kecil. Tiba-tiba datanglah gerombolan kurcaci nakal, “Hihihi... kita, kok, tidak dikasih bola! Terpaksa, deh bola kalian kami rebut!” seru mereka.


Kurcaci-kurcaci nakal menyambar bola-bola itu dan membawanya pergi. “Jangan ambil bolaku! Kembalikaaan... huhuuu...” kurcaci-kurcaci kecil menangis. Saat itu, Nirmala datang.


“Sudah, jangan nangis! Lihat, ada empat bola lucu di sini!” seru Oki. Nirmala dan kurcaci kecil mendekat. “Ki, itu bayi armadilo yang melingkarm bukan bola,” kata Nirmala.


Oki mendapat ide. Ia menyuruh kurcaci kecil memegang bayi-bayi armadilo. Pura-pura bermain bola. Tak lama kemudian, kurcaci nakal datang lagi dan merebut “bola-bola” itu! Nirmala segera menyulap, “Sim salabim!”


Seketika, bayi-bayi armadilo itu menjadi besar dan membuka diri. “Wuuuaaa... tolooong...” teriak kurcaci nakal sambil lari ketakutan.


Empat armadilo tadi terjatuh ke tanah, Nirmala segera menyulap mereka menjadi kecil lagi. “Waaah, hewan ini lucu, ya! Mereka kembar empat!” kata para kurcaci kecil. “Induk armadilo memang biasanya melahirkan bayi kembar empat. Kalau merasa terancam, armadilo melingkar seperti bola. Lucum ya,” Nirmala menerangkan.  (Vanda P)

(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 40-41)
Ilustrasi: WAND Studio

18 November 2019

Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang - Mengunjungi Dasar Laut




Pada suatu sore yang hujan, Bona dan Rong Rong membaca buku tentang laut. Udara sejuk membuat mereka tertidur.


Mereka mimpi pergi ke dasar laut. Di sana mereka bertemu ikan-ikan kecil, kepiting kecil, kuda laut, dan karang beraneka warna. Indah sekali!


Tapi, tiba-tiba... Awas! Ada ulat laut! Ular laut suka sekali menakut-nakuti hewan laut lainnya.


Hap! Bona mengubah belalainya menjadi naga laut. Wuah... si ular laut ketakutan!


Sejak itu ular laut kapok menakut-nakuti teman-temannya. Mereka malah senang bermain bersama.


Bona dan Rong Rong terbangun. Cuaca sudah cerah kembali. “Mari bermain di luar!” ajak Bona (dikha)

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal. 51)
Ilustrasi: WAN’D Studio

Bobo - Kuis Berhadiah





Upik sedang rajin mengirim kuis ke majalah anak-anak. Hadiahnya boneka cantik. “Semoga aku menang,” kata Upik sambil mengirim jawaban kuisnya.


Setiap kali Upik membuka pengumuman pemenangnya, dia selalu kecewa. “Kenapa tidak menang lagi, sih? Padahal, jawabanku benar, lo!”


“Pemenang kuis itu diundi, Pik. Jadi, tidak semua yang jawabannya benar bisa dapat hadiah,” jelas Bobo. “Tapi, aku sudah berkali-kali mengirimnya, Bo!” bantah Upik.


“Coba lagi saja!” saran Bobo. Tetapi, Upik malah menangis. “Aku sudah mencoba terus, Bo, tapi tidak pernah menang. Pasti majalahnya curang!” tuduh Upik.


Bobo kehabisan akal. “Gimana kalau kamu membeli bonekanya saja, Pik?” usul Bobo. “Tidak mau! Aku maunya menang kuis itu!” bantah Upik keras kepala.


Diam-diam, Bobo ingin memberi kejutan untuk Upik. Dia membeli hadiah boneka yang sama dengan hadiah kuis di majalah, lalu mengirimkannya lewat pos. Upik senang sekali.


Tetapi, waktu membuka majalahnya, Upik terkejut. “Lo, kenapa namaku tidak ada di sini? Bo, bagaimana ini? Mana namaku?” rengek Upik. Bobo jadi bingung.


“Memangnya kenapa? Kamu mau hadiahnya atau tidak?” tanya Bobo. “Aku ingin menang karena ingin melihat namaku tertulis di majalah. Biar aku terkenal, Bo!” jawab Upik. (Vero)

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal. 6-7)
Ilustrasi: Rudi. Warna: Agus.

Ceritera Dari Negeri Dongeng - Kumbang Pembom




Hari ini Oki berulang tahun. Polkadot sudah menyiapkan hadiah, seekor kumbang bagus. “Oki pasti senang,” kata Polkadot.


Di pesta, Oki membagi lolipop pada teman-temannya. Polkadot memberikan hadiahnya. “Wah, kereeen!” seru Oki. “Gawat, itu kumbang penyemprot racun!” gumam Nirmala.


Seperti biasa, Pipiyot selalu datang mengganggu. “Hihihi, pesta Oki akan kubikin heboh,” kata Pipiyot. Ia lalu menyihir, “BLUR GUMBLUR GUM... BLAAAR!” Wah, kumbang tadi menjadi besar. Semut yang kebetulan lewat, juga menjadi besar. Nirmala panik. “Waduh, kumbang ini, kan suka menyerang semut!” Nirmala segera menyulap, “Sim salabim!”


Seketika, lolipop para kurcaci menjadi besar. “Cepat, sembunyi di balik lolipop!” teriak Nirmala. Tepat pada saat itu... PROOOT! Si kumbang menyemprot racun ke arah semut. Cairan racun terciprat kemana-mana. “Aaaa...” Pipiyot kena. Untunglah Nirmala dan teman-temannya terlindung.


“Aaaa... sebhal sebhul sebheeel...” teriak Pipiyot. Tubuhnya jadi bentol-bentol terkena racun kumbang tadi. Sementara itu, Nirmala kembali menyulap, “Sim salabim!”


Kumbang dan semut menjadi kecil lagi. Oki menyimpan kumbang itu di botol. “Lebih baik, kumbang itu dilepas lagi di hutan, Ki!” saran Nirmala. “Iya, supaya pestaku aman!” kata Oki. (Vanda P)

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal. 40-41)
Ilustrasi: WAND Studio

24 September 2019

Bona Gajah Kecil Berbelai Panjang - Belalai Atletik


 


Mardi selalu menang dalam berbagai perlombaan olahraga di sekolahnya. Suatu hari, Pak Guru menyuruh Mardi ikut lomba atletik antar sekolah.


Mardi giat berlatih lari tiap pagi. Bona dan Rong Rong menyemangatinya. “Mardi, kamu bisa!” “Terima kasih atas dukungan kalian...” sahut Mardi.


“Sayang, aku tak bisa berlatih lebih baik, aku tidak mampu menyewa alat-alat atletik!” keluh Mardi. “Kau bisa menggunakan belalai Bona!” cetus Rong Rong.


Wah, cerdiknya Rong Rong! Mardi bisa berlatih lompat tinggi dengan belalai Bona. Hup, Mardi memang hebat!


Mardi juga berlatih lari halang rintang dengan belalai Bona. Wuss, hop... Mardi memang tangkas dan cepat!


Mardi pun berlatih lompat galah dengan belalai Bona. “Keren, ini namanya belalai atletik! Terima kasih teman-teman, doakan aku menang!” kata Mardi (Dwi)

(Sumber: Bobo Edisi 24. Tahun XXXVII. 24 September 2009. Hal. 47)
Ilustrasi: WAN’D Studio