Nyanyian Luxo
By: Umi Kulsum
Luxo, si anak kuda suka sekali menyanyi. Saat antri
mandi, ia menyanyi. Saat antri makan, ia menyanyi. Saat berjalan-jalan keliling
kompleks peternakan, ia menyanyi. Tak ada binatang lain di peternakan itu yang
meributkan kegemarannya menyanyi.
Hari
ini sangat panas. Semua binatang bermalas-malasan di dalam kandang. Luxo mulai
bernyanyi. Kama, si kambing putih yang baru, tiba-tiba berkata, “Adakah yang
mengatakan bahwa suaramu sangat bagus, Luxo?”
Ilutsrasi: Tyo |
Luxo
berusaha mengingat-ingat. “Seingatku, tak, ada,” jawab Luxo.
“Kalau
begitu, mengapa kau masih saja menyanyi?” tanya Kama sinis.
“Karena
aku suka...” jawab Luxo ragu-ragu.
“Kau
suka, tapi yang lain belum tentu suka. Menurutku, suaramu biasa saja. Aku punya
teman yang memiliki suara jauh lebih indah dari suaramu. Tapi dia tidak suka
pamer sepertimu!” ejek Kama.
“Aku
tidak bermaksud pamer,” jawab Luxo.
“Menyanyi
keras-keras begitu, sama saja dengan pamer!” cetus Kama, kemudian pergi. Luxo
sedih memikirkan kata-kata Kama.
Diam-diam,
Luxo menyingkir ke belakang kandang. Luxo memperhatikan teman-temannya. Tobi
anjing, Heni ayam dan anak-anaknya. Momo sapi, Cici kelinci, serta hewan
lainnya tampak tak peduli. Jangan-jangan ucapan Kama benar. Tak ada teman yang
suka pada nyanyiannya.
Esok
pagi, Luxo mendekati Tobi yang sedang berjaga di luar pagar kandang. Luxo mulai
bernyanyi. Mendengar suara Luxo, Tobi menoleh.
“Hai,
Luxo. Selamat pagi!” sapa Tobi ramah.
“Pagi,
Tobi. Giliran jaga, ya? Mau kutemani?” tawar Luxo. Tobi mengangguk. Luxo
menemani sambi bernyanyi. Sesekali Tobi meninggalkan Luxo, berlari-lari
memeriksa sekeliling komplek peternakan.
“Apa
pendapatmu tentang nyanyianku, Tobi?” tanya Luxo hati-hati.
“Lumayan!”
jawab Tobi pendek. Mendadak Tobi berlari ke dalam hutan sambil menyalak keras.
Luxo
terlonjak kaget dan meringkik keras. Mendengar ringkikan Luxo dan salakan Tobi,
binatang lain terkejut panik. Mereka bergegas lari masuk ke kandang karena
mengira ada bahaya. Suasana sangat kacau. Semua binatang meringkuk tegang di
dalam kandang. Tak lama kemudian, Tobi si anjing muncul.
“Kalian
semua kenapa lari ketakutan? Ada apa?” tanya Tobi.
Para
binatang saling bertukar pandang. “Kau menyalak dan Luxo meringkik keras. Kami
pikir ada bahaya!” jawab Cici.
“Aku...
meringkik karena terkejut dengan salakanmu!” kata Luxo gugup.
“Aku
menyalak karena senang melihat kedatangan Taba. Apa kau tidak melihat Taba di
pinggir hutan tadi? Dia itu anjing betina di peternakan sebelah hutan,” cerita
Tobi.
Semua
binatang di dalam kandang menatap Luxo. Luxo mendehem gugup. “Maaf, aku sudah
membuat keributan,” katanya lirih.
“Bukan
kali ini saja kau membuat keributan. Tapi sering, dengan nyanyianmu itu! Kau
saja yang tidak sadar!” tukas Kama sinis.
Luxo
merasa sedih dan beringsut keluar kandang. Tobi hendak menyusul, namun Kama
mencegahnya.
“Tidak
usah, biar dia tahu akibat perbuatannya!” kata Kama.
Tobi
menatap Kama tajam. “Kenapa kau membenci Luxo? Apa salahnya? Kau baru di sini,
tapi sudah membuat Luxo terluka. Keterlaluan!” bentak Tobi.
Tobi
bergegas mengejar Luxo. Binatang lain mengikuti Tobi. Menurut mereka, Kama
seharusnya tidak kasar pada Tobi.
Esok
harinya, Luxo bangun pagi dengan senang. Kejadian kemarin telah ia lupakan.
Barangkali Kama benar, pikir Luxo. Tidak semua binatang menyukai nyanyiannya.
Luxo memutuskan, ia hanya akan menyanyi di saat ia sendirian.
Luxo
melangkah ke halaman belakang, tempat semua binatang berkumpul di pagi hari.
Mereka berjemur sambi bersenda gurau.
“Hei,
Luxo! Ayo, menyanyi!” sapa Tobi ketika melihat Luxo datang.
“Ayolah,
Luxo! Nyanyikan lagu tentang peternakan kita yang kau buat dulu. Aku suka lagu
itu,” kata Momo sapi.
“Betulkah?”
tanya Luxo tak percaya.
“Ya,
kami suka lagu itu!” teriak lainnya.
Luxo
menyanyikan lagunya dengan gembira.
“Peternakan
kami sangat istimewa. Karena kami selalu gembira. Peternakan kami luar biasa.
Karena kami seperti saudara. Berbagi cinta, berbagi ceria. Peternakan kami.
Pasti kau suka...”
Itu
syair yang dikarang oleh Luxo sendiri. Binatang-binatang lain ikut menyanyi.
Suasana gaduh dan gembira. Luxo mendekati Kama yang ada di sudut halaman.
Ilutsrasi: Tyo |
“Mari
ikut, Kama!” ajak Luxo.
“Tidak.
Teman-teman tidak menyukaiku!” Kama menjawab lirih.
“Bukan,
bukan tidak suka padamu. Merea hanya tidak suka sikapmu. Kalau kau mengubah
sikapmu, pasti mereka menyukaimu!” kata Luxo.
“Maafkan
aku, Luxo,” bisik Kama.
“Sudahlah,
lupakan saja. Ayolah, nyanyi denganku!” Luxo menggandeng Kama menuju kerumunan
binatang yang tengah bernyanyi.
Ilutsrasi: Tyo |
Beberapa
binatang menyambut Kama dan mengajaknya bernyanyi dan menari. Menikmati
persaudaraan yang indah.
(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2
September 2010. Hal. 46-47)