12 Desember 2019

Lerak Si Buah Sabun





Buahnya bulat, berwarna merah seperti kurma yang sudah masak. Mm, apakah rasanya juga semanis buah kurma? Eits, tunggu dulu. Buah lerak bukan buah pencuci mulut, lo, tetapi buah pencuci pakaian!

Deterjen Alami



Buah lerak dikenal sebagai bahan pencuci alami. Kain batik tulis yang mahal biasanya dicuci dengan “sabun” lerak agar warna batik tetap terjaga. Pakaian yang terbuat dari sutera pun akan lebih awet bila dicuci dengan lerak. Lerak juga digunakan untuk mencuci perabotan dan memoles perhiasan, seperti permata.

Mau tahu rahasianya, kenapa lerak bisa digunakan untuk mencuci? Menurut penelitian para ahli, buah lerak mengandung saponin. Zat saponin ini menghasilkan busa dan bisa melarutkan kotoran.

Racun yang menguntungkan



Saponin itu sebetulnya sejenis racun. Awas, jangan coba-coba mencicipi buah lerak, ya! Berbahaya! Akan tetapi, para petani sering menggunakan air lerak untuk menyemprot tanaman. Waaah, lerak ternyata berguna sebagai insektisida.

Selain itu, air lerak juga digunakan untuk memandikan binatang peliharaan agar terbebas dari kutu.

Membuat Sabun Lerak
Bagaimana mencuci baju dengan lerak? Apakah buahnya digoso-gosokkan pada pakaian? Bukan begitu caranya. Nah, beginilah cara membuat sabun lerak:

Satu ons lerak (isinya kira-kira 20 butir) dibuang bijinya. Daging buahnya disayat-sayat. Kemudian masaklah dengan 2 liter air sampai mendidih selama 20 menit. Air akan berbusa pertanda saponin sudah keluar dan tercampur dengan air.

Setelah dingin, saringlah sehingga larutan sabun lerak jernih kecokelatan.

Untuk mencuci pakaian, setengah liter larutan sabun lerak bisa dicampur dengan 15 liter air. Apabila menggunakan mesin cuci, medin bisa langsung dihidupkan. Kalau mencuci biasa, pakaian terlebih dulu direndam sebelum dikucek. Agar pakaian beraroma segar, bisa ditambahkan pengharum pakaian saat membilas.

Fakta Lerak:
* Nama Lain Lerak: Soapnut (Inggris), Arishta Penila (Sanskerta), Ritha (India), Wasch Nuss (Jerman).
* Limbahnya tidak mengakibatkan polusi.
* Pohonnya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
* Aman, tidak menimbulkan alergi bagi orang yang berkulit sensitif.
* Banyak manfaatnya. Sebagai sabun, shampo, insektisida, obat jerawat, obat penyakit kulit.

(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 36)
(Foto: istimewa. Teks: Sigit)

11 Desember 2019

Angklung, Cintai dan Lestarikan


Siapapun bisa memainkan angklung, bahkan, anak-anak.


Pada November 2010, UNESCO meresmikan angklung sebagai warisan budaya dari Indonesia! Wuiiih ... bangga sekali. Dunia mengakui angklung sebagai miik dan hasil budaya Indonesia.

Berawal Dari Upacara Adat
Kita tentu saja sudah mengenal angklung. Tetapi, tahukah kamu, dahulu angklung hanya digunakan pada upacara adat? Misalnya, saat upacara panen. Saat itu, angklung dibunyikan untuk menghormati Dewi Sri, dewi kesuburan, agar tanah pertanian penduduk berlimpah rejeki.

Lambat laun, keindahan bunyi angklung digunakan juga di luar upacara adat. Sebab, angklung sangat mudah dimainkan dan digemari. Alat musi ini memang dibuat dari bahan sederhana, bunyinya pun indah. Angklung cocok juga dimainkan bersama dengan alat musik lain seperti piano, gitar, dan banyak lagi. Keunikan angklung membuat alat musik ini cepat dikenal di mana-mana.

Dari Bahan Biasa Menjadi Alat Musik Luar Biasa
Bambu. Ya, itulah bahan pembuat angklung. Di Jawa barat, tempat asal musik angklung, tanaman bambu dijumpai di mana-mana. Di tangan seniman pembuat angklung, batang bambu dipotong, diberi lubang udara dengan ukuran tertentu, diikat, dan klung... klung... klung... 

Satu set angklung terdiri dari banyak angklung.

Sebuah angklung hanya bisa menghasilkan satu nada. Untuk memainkan sebuah lagu, kita butuh beberapa angklung. Semakin lengkap jenis nada dalam satu set angklung, semakin banyak lagu bisa dimainkan.

Seorang pemain angklung yang ahli bisa beraksi sendiri memainkan sebuah lagu. Tangannya dengan terampil akan menggoyang bermacam angklung untuk memainkan sebuah lagu.

Wisatawan asing pun menyukai angklung.

Angklung tidak harus dimainkan oleh pemain ahli. Alat musik ini bisa dimainkan oleh siapa saja. Apalagi jika dimainkan ramai-ramai. Seru, deh! Biasanya, ada satu orang yang akan memimpin di depan. Ia bertugas menunjuk nada yang harus dibunyikan. Pemain yang memegang angklung dengan nada tersebut, akan menggoyangkan angklungnya.

Hanya pembuat angklung yang ahli saja yang bisa membuat angklung dengan nada yang tepat.

Ingat, lo. Angklung ini disebut warisan budaya. Artinya, harus kita lestarikan. Sebab, harus kita wariskan pada generasi mendatang.

(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 30)
(Foto: Ricky Martin. Teks: Pipit)

10 Desember 2019

Topi Ajaib Hans


Topi Ajaib Hans

By: BE Priyanti

Hans punya topi ajaib! Berita itu sudah menyebar di seluruh desa dalam waktu singkat. Tidak ada yang tahu, siapa yang memulai kabar ini. Karena itu, orang-orang saling bertanya dan ingin melihatnya sendiri.

Ilutsrasi: Nina


Hans adalah pemuda bertubuh jangkung dan selalu memakai topi usangnya. Suatu hari, ia mendorong gerobak berisi sayuran hasil kebunnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu Bu Lizi. Ibu itu tampak sibuk menenangkan anak laki-lakinya yang menangis.

“Mengapa dia menangis, Bu?” tanya Hans ramah.
“Tadi dia berjalan sambil meloncat-loncat. Tiba-tiba, dia terjatuh dan lututnya berdarah. Memang anak ini tidak bisa berjalan dengan benar. Sekarang dia merasakan akibat ulahnya sendiri,” jawab Bu Lizi jengkel.

Hans membungkuk mendekati bocah itu. Ia membuka topinya, membuat gerakan tangan berputar-putar di udara. Lalu, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam topi itu.

Permen loli! Tangis anak itu mendadak berhenti. Ia langsung meraih permen loli itum lalu melanjutkan perjalanannya sambil meloncat-loncat lagi. Sungguh nakal.

“Apa topimu benar-benar ajaib, Hans?” selidik Bu Lizi.

Hans tersenyum saja dan berlalu. Bu Lizi percaya kalau topi Hans benar-benar ajaib.

Begitulah yang terjadi. Penduduk desa ramai membicarakan Hans dan topinya yang bisa mengeluarkan berbagai benda.

Ilutsrasi: Nina


Nenek dan Poppy juga percaya kalau topi Hans ajaib. Sewaktu dia sakit, Hans menjenguknya. Sehelai syal cantik keluar dari topi Hans. Saking senangnya, Nenek Poppy langsung bangun dari ranjangnya dan memasakkan Hans sup wortel yang enak.

Pada kesempatan lain, Hans pernah, lo, membayar roti yang dibelinya dengan uang yang keluar dari topinya. Di penjual roti sampai melongo melihat keajaiban itu.

Di desa itu, ada satu pemuda yang iri dan ingin memiliki topi Hans namanya Jonas. Pikirnya, “Kalau topi itu bisa mengeluarkan apa saja, aku tidak perlu bekerja keras lagi.” Jonas pun nekat mencuri topi Hans saat Hans sedang tidur.

Jonas merogoh bagian dalam topi. Kosong. Tidak ada apa-apanya. “Hmmm... bagaimana, ya, caranya supaya topi ini mengeluarkan uang?” gumam Jonas. Ah, ya! Jonas ingat! Dia harus membuat gerakan tangan berputar-putar di udara, di atas topi itu. Pasti topi itu akan mengeluarkan sesuatu.

Akan tetapi, tak ada apa pun yang keluar dari topi itu!

Jonas mencoba berbagai cara. Dia mengingat-ingat semua gaya dan gerakan yang pernah dilakukan Hans pada topinya.

Namun, usahanya sia-sia. Jonas kelelahan. Karena jengkel usahanya tidak berhasil, Jonas melemparkan topi itu ke jalanan.

Esok paginya, Pak Tua Tom menemukan topi itu. “Hei, ini, kan, topi Hans. Mengapa ada di sini? Pasti topi ini terjatuh.”

Pak Tua Tom mengantarkan topi itu kepada Hans. Dilihatnya Hans sedang menjemur jerami tanpa memakai topi. Kasihan, Hans pasti kepanasan.

“Hans, aku temukan topimu di jalan. Kau pasti sedih kehilangan topi ajaibmu ini,” ujar Pak Tua Tom sambil mengulurkan topi itu.

Seperti biasa, Hans membuat gerakan tangan berputar-putar di udara, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam topi.

“Ini cerutu untuk Bapak,” kata Hans penuh hormat. “Terima kasih Bapak sudah menemukan topi saya. Tapil, saya sudah tidak memerlukan topi itu lagi. Topi itu sudah usang. Saya mau membeli topi yang baru.”

Pak Tua Tom terbelalak kaget. “Bagaimana mungkin kau akan berganti topi? Bukankah topi ini topi ajaib, Hans?”

Hans tertawa. “Ini topi biasa, Pak Tom. Sama seperti topi Bapak. Semua yang saya lakukan selama ini adalah trik sulap.”

O, begitu. Pak Tua Tom manggut-manggut mengerti. Rupanya Hans pandai memakai trik sulap untuk menyenangkan orang-orang di sekitarnya.

Nah, belum sampai matahari terbenam, berita tentang Hans yang pandai menyulap sudah menggantikan berita tentang topi ajaibnya.


(Sumber: Bobo Edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 46-47)

Satu Kata, Satu Perbuatan


Satu Kata, Satu Perbuatan

By: Widya Suwarna

Waktu istirahat, Mimi bercakap-cakap dengan Aida, Siska dan Yanti. Mereka membicarakan rencana menengok Hera yang dirawat di rumah sakit karena operasi usus buntu.

“Jadi, kalian ke rumahku saja. Di depan rumahku, ada halte bus. Kita bisa menunggu bus di sana. Jam empat ya, kumpul di rumahku!” kata Aida. 

Ilustrasi: Roedyriff

“Baiklah, dari rumahmu kita naik taksi saja, nanti aku yang bayar. Tidak enak berdesak-desakan naik bus dan tidak pakai AC!” kata Mimi.

“Wah, itu lebih enak!” kata Siska dengan gembira.

“Tetapi kalian jangan terlambat. Kalau terlambat, nanti ditinggal, lo!” pesan Mimi.

“Iya, bosss!” jawab Yanti. Anak-anak itu tertawa.

Bel masuk berbunyi. Anak-anak masuk ke dalam kelas. Mereka sedang menyalin catatan IPA di papan tulis ketika terdengar bunyi ringtone HP dengan nada lagu Potong Bebek Angsa.  Anak-anak tertawa. Dering itu berasal dari HP Yanti. Cepat-cepat Yanti mematikan HP-nya.

“Sudah Ibu pesan, kalau di kelas, HP harus dimatikan!” kata Bu Evi. “Ayo, semua yang punya HP, periksa dulu! Sudah dimatikan atau belum!” Semua anak yang memiliki HP memeriksa HP milik masing-masing, termasuk Mimi. Oh, untunglah HP-nya sudah mati.

Sepulang sekolah Bik Minah memberitahu Mimi. “Non Mimi, ada kiriman pos. Saya taruh di meja belajar, Non!”  

“Terima kasih, Bik!” Jawab Mimi. Segera ia masuk ke kamarnya. Di meja belajar ada amplop cokelat tebal.

“Waah, asyik, Tania mengirimkan majalah anak-anak!” seru Mimi bersemangat. Tania adalah saudara sepupunya. Setiap bulan, ia mengirimkan empat atau lima majalah anak-anak. Mimi sudah berlangganan satu majalah anak-anak dan Tania mengirimkan majalah lain. 

Ilustrasi: Roedyriff

“Non, makan dulu!” kata Bik Minah.

“Iya, iya, Bik, memang aku sudah lapar, kok. Nanti, aku mau pergi menengok temanku di rumah sakit!” kata Mimi.  

Setelah makan, Mimi membuat PR, lalu membaca majalah. Demikian asyiknya, sehingga tahu-tahu jam sudah menunjukkan setengah empat. Mimi bergegas mandi, kemudian berangkat ke pangkalan ojek sepeda motor. Namun, tak satu pun ojek yang mangkal. Terpaksa Mimi menunggu. Untung ada satu ojek yang meluncur ke arahnya.

Akan tetapi, jalan ternyata macet. Dia mau mengambil HP-nya dan menelpon. Tetapi, dia ingat, berbahaya menelpon di jalan. Bisa-bisa HP disambar penjahat. Oooh,  rupanya di depan ada satu mobil boks mogok sehingga menghalangi lalu lintas. Juga ada perbaikan jalan sehingga semua kendaraan dialihkan belok ke kiri. Wah, harus memutar, baru bisa sampai ke rumah Aida. 

Ilustrasi: Roedyriff

Akhirnya, Mimi tiba di rumah Aida. Suasana rumah sepi. Dia mengambil HP-nya. Rupanya dia lupa menyalakan HP-nya sepulang sekolah dan kemudian asyik membaca majalah. Ada tiga missed call dari Aida dan tiga dari Yanti. Lalu ada SMS dari Aida:

Mi, maaf, terpaksa kamu kami tinggal. Yanti bawa mobil, tetapi harus segera antar adiknya kursus musik di dekat rumah sakit. Takut terlambat.

Lalu ada satu lagi SMS dari Yanti:

Maaf ya, lain kali, satu kata, satu perbuatan, dong! 

Ilustrasi: Roedyriff

Mimi tertegun. Satu kata, satu perbuatan. Dia sendiri yang bilang jangan terlambat, nanti ditinggal. Sekarang, dia sendiri yang ditinggal, karena kata-katanya tidak sesuai dengan perbuatannya. Dengan lunglai, Mimi duduk di halte bus. Ia mau pulang saja. Mimi tak berani naik taksi sendiri ke rumah sakit. Dia juga tidak mau berdesak-desakan di bus.

Kalimat “satu kata, satu perbuatan” terus menerus timbul dalam pikirannya. Kalimat itu mengingatkan Mimi, supaya jangan hanya bisa omong, tetapi tidak bisa melakukannya.

(Sumber: Bobo edisi 35. Tahun XXXVIII. 9 Desember 2010. Hal. 18-19)