2 November 2015

Reinkarnasi Ubi


Reinkarnasi Ubi

By: Swistien Kustantyana

Kalian percaya reinkarnasi? Well, aku tidak. Setidaknya dulu aku nggak percaya reinkarnasi. Bagaimana aku akan percaya kalau yang bilang itu Bimbim, sahabatku.

Dulu, Bimbim yang tinggi besar pernah dengan sangat serius mengatakan ini ke aku, “Ubi, kamu pingin tahu nggak, di kehidupanku yang dulu aku ini apa?”

Aku menatapnya heran, Bimbim jarang sekali serius, “Memang kamu percaya reinkarnasi?”

“Oh, pasti dong,” Bimbim menatapku tanpa berkedip.

“Oh ya?” tanyaku penasaran. Ide tentang kehidupan kita yang dulu sebelum kita yang sekarang memang terdengar gila bagi telingaku.

“Iya,” Bimbim berusaha meyakinkanku.

“Trus kamu siapa di kehidupanmu yang dulu?” Aku masih penasaran.

“Kulkas dua pintu,” jawab Bimbim pasti.

“Huk, huk,” aku tersedak.

Bimbim menepuk-nepuk punggungku. “Jangan cepet-cepet minumnya...”

“Ya Tuhan.... Kulkas dua pintu? Kok lebih bagus kehidupan kamu yang dulu ya Bim, daripada yang sekarang....”

***

Punya kakak cowok itu ada enak dan enggaknya. Enggak enaknya itu aku nggak bisa pinjam baju, aksesoris, dan lainnya. Aku nggak bisa milih bra bareng dia. Dan dia nggak bakalan ngerti kalau aku nyengir kesakitan pas mens.

Oh ya, kakakku satu-satunya itu cowok. Namanya Robby dan umurnya 24 tahun. Panggilan sayang buat dia tentu saja Obi. Sedangkan aku baru kelas satu SMA. Namaku Ruby. Bagus kan? Tapi sayangnya aku harus pasrah dapat panggilan sayang Ubi. Jadilah kami berdua kakak adik Obi dan Ubi.

Sore tadi aku baru ngerasain enaknya punya kakak cowok. Kak Obi pulang bawa temannya. Dan O Mai Got, temannya itu keren abis. Kulitnya putih, rambutnya gondrong, hidungnya mancung, wuih pokoknya keren!

“Lagi ngapain sih kamu?” suara Kak Obi membuyarkan kosentrasiku menatap si Keren.

“Eh, Oh, mau pinjem CD Lady Gaga,” kataku sekenanya. Aku yang membuka pintu kamar Kak Obi dengan sembrono langsung tertegun melihat si Keren ini duduk manis di tempat tidur.

Kak Obi mengambil CD itu dan mengulurkannya padaku. “Oh iya, Gab, kenalin nih adik gue,” ucap Kak Obi sambil melirik Gab.

“Gabriel,” Pangeran tampan itu mengenalkan diri sebagai Gabriel.

“Ruby,” senyuman termanisku kutampilkan.

Setelah aku berlari masuk kamarku, aku memikirkan kata-kata Bimbim tentang reinkarnasi. Kalau dulu pernyataan Bimbim tentang kulkas dua pintu sangat meragukan, sekarang aku yakin seyakin-yakinnya Gabriel itu reinkarnasi Galang Rambu Anarki.

Kalian tahu dia? Galang, maksudku. Dia anak Iwan Fals yang digosipkan meninggal karena overdosis tahun 1997. Loh kok aku tahu? Ya karena Kak Obi salah satu fans beratnya. Poster Galang tertempel di salah satu bagian dinding kamar Kak Obi. Dan tadi baru saja kulihat reinkarnasi Galang. Gabriel benar-benar mirip Galang. Wajahnya, gayanya, semuanya deh. Nama mereka pun berawal dengan huruf G. Reinkarnasi itu benar-benar ada ya?

***

Sore itu setelah pulang dari ekstrakulikuler jurnalistik, aku dan Bimbim mampir ke sebuah kedai hamburger. Aku betul-betul penasaran pada reinkarnasi. Aku ingi bertanya banyak kepada Bimbim. Aku juga ingin cerita tentang Gabriel. Intinya, aku ingin curhat.

“Bim, dia itu beneran mirip Galang Rambu Anarki!” Celotehku bersemangat. Kedua tanganku memagang Teriyaki yang tinggal separuh. Sausnya meleleh keluar. “Aku yakin seyakin-yakinnya, Bim. Kalau si Gabriel itu reinkarnasi Galang,” kataku mantap. Kutatap Bimbim yang sibuk mengunyah Onion Ring.

Bimbim tertawa. “Jadi ceritanya, kamu sekarang percaya reinkarnasi, nih?” Bimbim mencomot satu lagi Onion ring, menyelupkannya ke saus, dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Sebetulnya ya nggak begitu percaya sih. Dari kulkas dua pintu trus jadi kamu. Mungkin di kehidupan selanjutnya kamu jadi gajah kali ya, Bim?”

“Iya, kali.” Bimbim menyahut sambil terus melahap Onion Ring. Itulah enaknya punya teman Bimbim. Dicela sejuta kali tiap hari pun dia tabah dan pasrah. Bimbim tak pernah marah.

“Aku heran, Bim. Memang jaman dulu udah ada kulkas dua pintu ya?” Aku membayangkan kehidupan Bimbim di masa penjajahan Belanda. Bimbim yang berupa kulkas dua pintu tampak cantik dan berdiri di pojokan ruang makan. Setiap hari melayani satu keluarga besar sinyo-sinyo Belanda.

“Aih. Pake dipikir segala. Diterima aja kenapa sih kalau aku memang kulkas dua pintu di kehidupan yang dulu,” protes Bimbim.

“Iya, deh.” Aku meneguk lemon tea-ku. “Bim, aku jadi pengen tahu. Gabriel itu betulan reinkarnasi Galang bukan ya?” Tiba-tiba aku teringat Gabriel lagi. Aku betul-betul penasaran karena Gabriel pun banyak bakat bermain musik seperti Galang. Kak Obi yang cerita kemarin.

“Ada satu paranormal yang bisa kita tanyai. Dia bisa melihat kehidupan kita yang dulu.”

“Bim, itu paranormal yang bilang kamu kulkas dua pintu, bukan?” Tanyaku ragu. Jika jawaban Bimbim “Iya”, lebih baik aku tidak bertanya. Aku tidak mau menerima jawaban seperti, “kamu reinkarnasi panci.”

“Bukan,” sahut Bimbim.

“Syukurlah.” Aku menarik napas lega. “Kapan kita ketemu dia, Bim?”

“Besok sore aja ya. Namanya Kak Nina. Dia masih saudara sepupuku. Jadi nggak perlu bayar. Tapi kalau pelanggan lain bayarnya lumayan mahal lho.”

Aku menggangguk senang. Aku tak sabar lagi menunggu besok sore. Aku ingin tahu apakah Gabriel itu reinkarnasi Galang atau bukan. Aku juga ingin tahu aku ini sebenarnya reinkarnasi apa. Aku tersenyum sendiri saat membayangkan di kehidupanku dulu aku adalah reinkarnasi sebongkah batu ruby yang cantik. Mungkin batu itu berada dalam sebuah kotak beludru yang mewah dan disimpan di laci meja seorang puteri kerajaan. Atau mungkin aku jadi sebuah koleksi langka museum di luar negeri. Ah, Ruby yang cantik. Yang berkilauan. Yang berharga mahal. Aku tersenyum lagi.

***

“Apa?” Kak Obi memandangku tak percaya. “Reinkarnasi Galang Rambu Anarki? Gabriel?” Kak Obi mengulangi lagi kalimat yang kulontarkan beberapa menit yang lalu. Tatapan Kak Obi membuatku malu. Seolah-olah aku makhluk paling idiot yang pernah dia temui gara-gara aku bilang Gabriel reinkarnasi Galang Rambu Anarki.

“Kamu percaya reinkarnasi?” Tatapan Kak Obi masih diliputi rasa ketidak-percayaan yang sangat besar.

“Sedikit,” jawabku ragu.

“Lalu kamu sendiri reinkarnasi apa kalau begitu?” Tantang Kak Obi. Matanya bergerak-gerak. Senyumnya mulai terpasang.

“Entah. Nanti sore Ubi mau pergi sama Bimbim. Ketemu paranormal. Mau tanya tentang Gabriel dan juga reinkarnasi Ubi,” ujarku ceria. Entah mengapa ide untuk ketemu Kak Nina nanti sore menjadi sebuah ide yang sangat menyenangkan. Tak sabar rasanya.

Kak Obi tampak menahan tawa. “Oke, titip salam ya buat paranormalnya. Kalau boleh, tanyakan juga aku ini reinkarnasi apa walaupun toh sebenarnya aku sudah tahu aku ini reinkarnasi apa.”

“Memang apa?” Sahutku cepat. Tak kusangka Kak Obi juga sudah tahu reinkarnasinya dulu.

“Aku reinkarnasi Kenshin Himura.” Kak Obi terbahak-bahak.

“Kriuk. Garing. Nggak lucu,” kataku sambil cemberut. Aku ngeloyor pergi meninggalkan Kak Obi yang masih saja terbahak-bahak.

Kak Obi memang punya dua luka gores membentuk huruf X di kening. Persis seperti Kenshin Himura si Samurai X. Bedanya ya itu Kenshin lukanya di pipi dan besar, sedangkan Kak Obi di kening dan kecil.

Sore hari....

“Kenapa sih kamu ngotot pengin tahu tentang reinkarnasi Gabriel?” senyum Kak Nina yang terkembang manis membuatku salah tingkah.

“Umm, nggak apa-apa, Kak. Pengin tahu aja,” aku tertawa kecil.

“Kamu naksir Gabriel ya?” Tanya Kak Nina lagi.

“Alahhh.... Kalau itu sih nggak perlu bantuan paranormal untuk tahu. Semua juga tahu Ubi jatuh cinta sama Gabriel,” sahut Bimbim.

Wajahku panas. Bimbim sialan. Tega-teganya dia mempemalukan aku di depan Kak Nina.

“Ya udah nggak usah dijawab,” Kak Nina menepuk-nepuk telapak tangan kananku. “Mana tanganmu,” kata Kak Nina lagi sembari mengambil kedua telapak tanganku dan membaliknya. Untuk beberapa saat Kak Nina terdiam. Keningnya berkerut. Aku jadi deg-degan.

“Kulihat kamu dan Gabriel memang pernah ketemu di masa lalu.” Kata Kak Nina sambil menatapku. Diletakkannya tanganku di meja, tak lagi dalam genggamannya.

“Oh ya?” aku melonjak gembira. “Apa itu berarti kami berjodoh juga di masa sekarang dan masa depan? Apakah aku jadi istrinya Gabriel?” Semangatku begitu menggebu.

Bimbim terkikik. Aku mendelik ke arah Bimbim.

Kak Nina hanya tersenyum. “Wah kalau itu Kakak belum tahu. Tadi kan bilangnya cuma pengin lihat reinkarnasimu dan Gabriel di masa lalu.”

“Satu-satu dulu dong, Bi,” kata Bimbim masih terkikik.

Aku pun malu. “Oke, Kak. Jadi reinkarnasiku dulu apa? Gabriel apa?” Lalu aku membayangkan mungkin aku bukan reinkarnasi batu ruby. Mungkin aku reinkarnasi kekasih Galang yang dulu, Ine Febriyanti. Eh, tapi kan Ine masih hidup ya? Aku menggelengkan kepalaku. Berarti bukan Ine.

“Gabriel dulu itu seorang petani di sebuah desa,” kata-kata Kak Nina membuyarkan lamunanku.

“Haaaaa?” Aku terkejut. Bimbim terbahak-bahak.

“Dan kamu itu sepotong ubi di kebun Gabriel yang kemudian dikukus dan dimakannya...,” suara Kak Nina terdengar ceria.

Aku melongo. Bimbim tertawa histeris.

***

(Sumber: majalah mingguan Gaul edisi 42 tahun IX. 1–7 November 2010. Hal 26)

7 Oktober 2015

Mysteries of the Undead - The Cursed Island - Free Download Full Version for Games PC

Categories 
 Puzzle 
 Hidden Object  Adventure  

You are the only one who can save Odeya Island from strange disease in a new game Mysteries of the Undead - The Cursed Island! Something terrible happened with beautiful and paradisiacal island situated in the heart of the Pacific Ocean. Unknown virus turned all citizens and tourists into bloodthirsty lunatics! Your rescue squad was sent to Odeya Island to fight the strange disease and save citizens. But it is not that easy! A shipwreck happens and now you are all alone on a cursed island. Are you ready for bloodcurdling mysteries? You are to solve puzzles, meet face to face with zombies, and find the rest of your crew that managed to survive. You will go to different locations where you will search for the objects you need. Every small detail counts, so be attentive! You will require all your wit to cope with mysterious tasks. If you are at a dead end you can always use a tip that will show you what to do. You can also use tutorial at the very beginning of the game. There is a great variety of puzzles in the game Mysteries of the Undead - The Cursed Island. If you don't feel like solving some puzzle or can't cope with it you can always skip it. Are you fond of mysteries? Are you ready to fight zombies and release the island from the curse? The dark gloomy locations create mystic and thrilling atmosphere. If you are not afraid then get ready for an unpredictable adventure with the game Mysteries of the Undead - The Cursed Island.

 

Download Mysteries of the Undead - The Cursed Island
Link Download
Yandex Disk | Mediafire | Fileupload
Link Alternative 1
Yandex Disk | Mediafire | Fileupload
Link Alternative 2
Mega | Yandex Disk | Mediafire | Fileupload
Mysteries of the Undead - The Cursed Island (setup.exe)
Link Download
TheFilesLocker | Solidfiles | Fileupload
Link Alternative 1
TheFilesLocker | Solidfiles | Fileupload
Link Alternative 2
TheFilesLocker | Solidfiles | Fileupload

Sumber: Berbagai sumber

3 Oktober 2015

Indahnya Kuku Kakiku



Aduuuh pengen punya kuku cantik kaya gituuu.... masa sih harus pake sepatu terus nutupin kuku kaki yang jelek ini. Sekali-kali kan aku pengen pake sandal model terbuka juga kaya dia. Hiks, gimana yahh???

Hehe, itu tuh rengekan teman waktu lagi datang ke rumah. Katanya sih gara-gara dia naik angkot dan duduk bersebelahan sama seorang cewek. Dia memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki, nah perhatian dia berhenti pas di ujung kaki yang terawat banget. Namanya juga cewek, kalau melihat ada yang lebih bagus dari dirinya pasti deh, langsung panik. Begitu juga sama teman saya yang mengeluh dan tanya macam-macam.

Ingat, meskipun jari-jari kaki lebih sering tertutup oleh sepatu, bukan berarti bakal terhindar dari kuman-kuman. Soalnya nih cacing perut paling mudah masuk lewat jari-jari kaki kaki kita loh, makanya kita juga memperhatikan kebersihannya.

Jangan sampai kuku-kuku kita terlihat kotor, warnanya suram, dan bentuknya gak rapi. Wah, nanti ketahuan banget kalau kamu gak bisa merawat diri. Apalagi buat cewek, gak banget deh! Kalo kamu beneran punya problem yang sama seperti teman itu, gak usah ikutan panik yah. Nih ada sedikit info gimana cara merawat kuku kaki kita supaya kelihatan lebih terawat.

Sebelum mulai membersihkan kuku, persiapkan dulu peralatannya:
1.   Jepitan kuku
2.   Kikiran kuku
3.   Balok pasir
4.   Nail buffer set
5.   Cuticle cutter (kerikan untuk kutikula)
6.   Sikat kaki
7.   Pelembab

Terus tahap-tahap untuk membersihkan kuku kami kamu:
1. Sediakan ember berisi air hangat yang sudah dicampur dengan sabun kaki/ sabun mandi. Rendam kaki kamu selama kurang lebih 10 menit.
2.   Kalau kaki kamu dalam keadaan kotor, cuci sampai bersih dengan sikat khusus untuk kaki. Kalau gak punya, bisa pakai sikat gigi tapi pilih yang bulu-bulu sikatnya lembut. Bersihkan kotoran yang ada di bagian dalam ibu jari, karena kotoran paling banyak bersarang di situ dan itu menyebabkan bau.
3.   Setelah kaki bersih dari segala macam kotoran, lap hingga kering.
4.   Rapikan kuku dengan mengguntingnya satu per satu. Jangan terlalu pendek mengguntingnya, sisakan kira-kira 1 mm antara daging dengan kuku agar nanti kamu mudah mengikirnya dan gak menimbulkan rasa sakit.
5.   Kikir kuku sedikit membulat, dan haluskan ujung-ujungnya dengan balok pasir.
6. Jangan lupa merapikan kutikulanya supaya nggak mengganggu. Caranya dengan mendorongnya masuk ke dalam kuku dengan pelan-pelan dan mengikuti alur.
7.   Beri minyak atau krim khusus pada kutikula yang keras, lalu pijat kuku terutama daerah sekitar kutikula. Kalo gak punya krim khususnya, pake hand body juga gak masalah kok.
8. Bersihkan kuku dengan nail buffer set, buffer set ini gak cuma membersihkan tapi sekaligus dapat mencerahkan kuku.
9.   Haluskan tumit kaki dengan alat kikiran kaki.
10.  Oleskan scrub ke seluruh permukaan telapak kaki terutama daerah yang kasar, bilas lalu keringkan dengan handuk.
11. Oleskan pelembab untuk menjaga kelembaban, kesegaran, dan keharuman.

Beberapa hal yang harus kamu perhatikan nih:
1. Jangan keseringan memotong kuku karena terlalu sering memotongnya gak baik juga untuk pertumbuhan dan perkembangan kuku kita. Sebaiknya sih tunggu satu minggu atau lebih dari itu untuk memotong kembali kuku kamu.
2.   Selalu oleskan pelembab sehabis mandi atau ketika keluar rumah untuk menjaga kelembaban kuku.
3. Buat kamu yang suka memakai kuteks, sesekali biarkan kuku istirahat sejenak dari kuteks, jadi jangan keseringan juga memakainya. Untuk membersihkan kuteks jangan menggunakan benda tajam, tapi gunakan cairan khusus pembersih kuteks.
4. Agar kuteks kamu tahan lama. Sebelum memakainya, oleskan pelembab sebelum mandi. Cara mengoles kuteks juga ada seninya lho, usapkan kuas secara horizontal dari kanan dan kiri lalu secara vertikal bawah atas ke ujung. Untuk mengambil kuteks yang berlebih, gunakan manicure stick yang terbuat dari kayu.
5.   Kutikula itu adalah bagian yang berfungsi untuk melindungi kuku jadi kamu harus berhati-hati waktu mengguntingnya.

Selesai deh proses merawat kuku kamu. Kalau kamu malas meni pedi ke salon, kamu bisa praktekan deh cara ini di rumah. Kamu bisa pamerin deh kuku-kuku kaki kamu yang terawat itu. Gak malu lagi kan pakai sandal atau sepatu yang terbuka di bagian depan.

(Ika/berbagai sumber dalam majalah mingguan Gaul edisi 37 tahun IX. 27 Sept – 3 Okt 2010. Hal 27)

28 September 2015

Harusnya Aku...

Harusnya Aku...

By: Seti An Naruti

Widi terbangun saat mendengar bunyi hapenya. Siapa yang sepagi ini berani mengusik tidurnya? Padahal hari ini kan hari Minggu.

“Halo?” sahut Widi tanpa semangat dengan mata tertutupnya.

“Widi, ini aku.”

Wisnu?! Rasa kantuk Widi langsung menghilang begitu mendengar suara cowok itu.

***

Diva selingkuh? Tega banget! Kurang apa sih Wisnu sebagai pacar? Nggak bersyukur tuh si Diva! Widi memaki dalam hatinya.

Kemarin, pagi-pagi sekali Wisnu mendatangi rumah Widi hanya untuk curhat tentang Diva yang ketahuan selingkuh di depan matanya. Dan Widi seperti ikut merasakan kepedihan yang dirasakan Wisnu. Kasian Wisnu.

“Hey!” Widi pun tersadar dari lamunan.

“Ah, kamu lagi!” gerutu Widi. Wajahnya berubah jutek saat melihat Dido muncul dihadapannya.

“Aku, kenapa?” tanya Dido dengan wajah polosnya.

“Bosen! Kamu nggak ada kerjaan lain selain gangguin aku?!”

“Sayangnya... nggak ada tuh!”

“Uhh, dasar!”

Dido tertawa senang melihat reaksi marah Widi.

“Ngelamunin apa tadi? Kayaknya serius bener. Pasti ngelamunin Wisnu. Dia kan pangeran kamu.”

“Sok tau!” bantah Widi dengan ketusnya.

“Tapi bener kan, tebakan aku?”

“Nggak! Lagian Wisnu tuh bukan pangeran aku. Dia pangeran milik orang lain.”

“Diva maksudnya?”

“Kok kamu tau?”

“Taulah. Wisnu kan...,” Dido tak melanjutkan kata-katanya.

“Wisnu apa?”

“Lupain! Eh, udah tau belom kalo pangeran kamu itu nggak masuk hari ini karena sakit.”

“Wisnu sakit? Masa sih? Tau dari mana kamu?”

“Aku kan temen sekelasnya. Dasar pikun!” kata Dido sambil menoyor kepala Widi lalu bergegas melarikan diri sebelum Widi membalasnya.

Tapi Widi kali ini nggak nafsu untuk membalas perlakuan usil Dido. Dia terlau terkejut mendengar kabar sakitnya Wisnu. Kira-kira Wisnu sakit apa, ya?

***

“Ngapain kamu bengong di situ?” tanya Dido saat menemukan Widi di depan gerbang SMA mereka. “Bukannya cepetan pulang, malah berdiri kayak patung.”

Widi tak menanggapi celotehan Dido. Dia tetap berkosentrasi menghubungi Wisnu. Tapi nomor cowok itu dari tadi pagi sampai sekarang masih nggak aktif juga. Apa aku harus tanya Dido tentang alamat rumah Wisnu?

“Kenapa? Mau ngebesuk Wisnu tapi nggak tau di mana rumahnya?”ledek Dido seolah bisa membaca pikiran Widi.

“Nggak usah sok tau deh!” balas Widi ketus sambil menoyor kepala Dido lalu bergegas pergi. Widi gengsi kalo harus minta tolong sama cowok nyebelin macam Dido!

“Mau aku anterin ke rumahnya Wisnu?” tawaran Dido yang di luar dugaan itu berhasil membuat langkah Widi terhenti.

***

“Kita sampai,” kata Dido mengehentikan motornya lalu berjalan santai masuk ke dalam rumah itu. Hingga membuat Widi bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya ini rumahnya Wisnu atau rumahnya Dido, sih?

“Hei ngapain bengong! Ayo masuk!” ajak Dido terpaksa menghampiri Widi yang terpaku di depan pintu rumah. Lalu menggandeng tangan Widi untuk masuk bersamanya.

“Wisnu!” panggil Dido keras disertai dengan ketukan pintu yang tak kalah kerasnya.

“Berisik banget sih!” omel Widi lalu menoyor kepala Dido.

“Sebodoh amat!” sahut Dido dengan cueknya segera membalas menoyor kepala Widi.

“Ih!” Widi gregetan dengan Dido.

“Apa, ha?!” tantang Dido membalas tatapan jutek Widi.

“Kalian?” pintu terbuka dan Wisnu terkejut dengan kehadiran Widi dan Dido di depan kamarnya. “Kok tumben barengan? Lagi akur nih, kok sampai gandengan segala,” goda Wisnu tersenyum sendiri.

Widi langsung menepis tangan Dido. Dia baru menyadari kalo dari tadi tangannya tak lepas dari tangan Dido.

“Mau nyari kesempatan pegang-pegang aku, ya?!” omel Widi.

“Ih, najis!” sahut Dido nggak kalah ketus.

“Heh, ngapain kamu di situ?! Pulang sana!” usir Widi merasa jengkel saat melihat Dido nyelonong masuk ke dalam kamar lalu dengan santainya tiduran di kasur milik Wisnu.

“Lha, ini kan rumahku. Ngapain harus kamu suruh pulang.”

“Ngarang!”

“Ah, bawel!”

“Kamu...,”

“Hei stop!” kata Wisnu melerai pertengkaran antara Widi dan Dido. “Aku kira kalian udah baikan. Kok masih bertengkar gini. Masuk Wid!” ajak Wisnu menyuruh Widi duduk di karpet bersama dirinya.

“Kamu nggak nyesel tuh. Dido emang gitu kelakuannya. Aku udah biasa. Lagian Dido juga sering kok tidur di kamar aku.”

“Oya? Aku nggak nyangka ternyata kamu seakrab itu sampai-sampai kamu ngebolehin dia nginep di rumah kamu.”

“Ya iyalah akrab. Dido kan sepupu aku.”

“Apa?!” seru Widi kaget seolah tidak mempercayai pendengarannya.

“Oya kamu kan belom tau kalo aku sepupuan ama Dido. Sori deh, aku nggak kepikiran buat ngasih tau kamu.”

***

Hah, yang bener aja masa mereka berdua sepupuan, keluh Widi tiada henti di dalam hatinya. Mulanya dia berencana bertahan lama di rumah Wisnu. Tapi setelah mengetahui kenyataan pahit kalo Wisnu dan Dido adalah saudara sepupu, membuat Widi nggak nafsu lagi mengobrol lama dengan Wisnu. Selain itu dia juga nggak betah ngeliat Dido lama-lama. Huh, bersama dengan Dido dalam satu ruangan hanya membuatnya eneg. Lebih baik cepetan pulang ke rumah.

“Diva?!” seru Widi tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat menemukan Diva tengah duduk di ruang tamu rumahnya.

***

“Tolongin aku Wid, aku nggak rela putus dari Wisnu. Aku masih cinta dia. Aku ngerti aku salah karena berselingkuh. Tapi... aku nyesel! Aku khilaf! Aku minta kamu mau bantuin aku untuk baikan sama Wisnu. Kamu sahabatnya dan Wisnu pasti mau ngedengerin omongan kamu. Plis, tolongin aku Widi.”

Permintaan tolong Diva yang bernada mengenaskan tadi siang membuat Widi kepikiran sampai-sampai matanya sulit terpejam malam ini.

“Aku harus bagaimana? Apa aku harus merelakan Wisnu kembali pada Diva?” tanya Widi pada dirinya sendiri.

***

“Mau curhat apaan sih? Tumben ngajakin ngobrol di taman,” tanya Wisnu.

“Bukan aku yang mau ngobrol sama kamu.”

“Lha, terus siapa?”

“Diva...,” kata Widi bersamaan munculnya Diva di tengah-tengah mereka berdua. Membuat mata Wisnu terbelalak tak percaya.

“Wisnu, aku tau kamu masih cinta sama Diva. Karena putus sama dia sampai-sampai membuat kamu jatuh sakit. Kalo kamu beneran cinta, kamu harus bisa memaafkan kekhilafan Diva. Bukankah cinta itu memberi maaf seluas samudra? Berilah Diva kesempatan kedua agar dia bisa memperbaiki kesalahannya,” kata Widi dengan bijak sambil menyatukan tangan Wisnu dengan tangan Diva. Lalu dia pun pergi dengan luka di hatinya. Kalo memang kebahagiaan Wisnu bersama Diva, Widi harus mau merelakannya. Toh Wisnu tak akan pernah tau bahwa sebenarnya Widi menyimpan cinta untuknya. Wisnu akan selalu menganggap dia sahabat. Hanya sahabat.

“Kamu mau apa?” Widi buru-buru menyeka air matanya saat melihat Dido mendadak sudah di hadapannya.

Tak ada jawaban apa-apa dari Dido. Cowok itu hanya menatap tajam kepada Widi. Tatapan serius yang tak pernah Widi lihat sebelumnya.

“Mau kamu apa, sih?!” tanya Widi jengkel karena Dido menahan langkahnya dengan cara mencekal pergelangan tangannya.

“Lepasin! Lepasin aku! Aku...,”

Deg!

Widi berhenti meronta. Jantung Widi serasa berhenti berdetak untuk sesaat karena secara tiba-tiba Dido menarik tangannya kuat hingga membuatnya jatuh ke dalam pelukan cowok itu.

“Aku tau kamu terluka karena Wisnu. Aku tau kamu sangat menyukai Wisnu. Aku....,” Dido tak melanjutkan kata-katanya karena mendengar Widi terisak.

“Harusnya aku yang ada di sisi Wisnu. Harusnya aku yang ada di pelukannya. Harusnya aku yang dia cintai. Karena aku selalu ada untuknya. Bukannya Diva.

Harusnya aku bukan hanya sekedar sahabat untuknya...,” kata Widi penuh emosi. Kini tangisnya benar-benar pecah dan membasahi seluruh kemeja seragam Dido.

Dido hanya diam sambil terus mengelus-elus rambut Widi. Seolah ingin menenangkan.

“Harusnya aku yang pantas kamu cintai sepenuh hati. Harusnya aku yang kamu rindukan dan kamu harapkan cintanya. Bukannya Wisnu! Harusnya aku bukan hanya kamu anggap sebagai musuh. Harusnya kamu tau bahwa sebenarnya aku selalu mengusikmu hanya untuk mendapatkan perhatian lebih darimu. Harusnya aku... tak boleh memendam perasaan suka ini padamu,” batin Dido.

***

(Sumber: majalah mingguan Gaul edisi 37 tahun IX. 27 Sept – 3 Okt 2010. Hal 26)