Takbir berkumandang, tandanya Lebaran
tiba. Saatnya berkumpul bersama keluarga dan saudara, untuk merayakan lebaran.
Tentunya sambil menyantap makanan lezat khas lebaran. Tunggu! Setiap daerah
punya makanan Lebaran yang berbeda-beda. Semuanya lezat. Mau coba? Nyam...
Nyam... Nyam...
Tape dan Uli
Kedua
makanan ini dibuat dari beras ketan. Tape dibuat dari beras ketan putih atau
hitam yang diberi ragi. Kalau dibuat dari beras ketan putih, biasanya diberi
pewarna hijau. Tape, rasanya manis asam. Tape biasanya disantap dengan uli. Uli
dibuat dari beras ketan putih. Untuk membuat tape uli yang enak, dibutuhkan
keahlian khusus. Pembuatan tape memakan waktu sekitar 3 hari. Lebih dari 3
hari, rasa tape semakin terasa manis asam. Dulu, orang Betawi saling mengirim
tape uli pada saudara dan tetangga saat Lebaran. Bagi orang Betawi, tape uli
juga jadi salah satu suguhan wajib bila ada tamu. Bagaimana di tempatmu?
Timphan
Kue
asal Aceh ini, jadi hidangan wajib saat Idul Fitri dan Idul Adha. Ibu-ibu di
Aceh biasanya membuat timphan 2 atau 3 hari menjelang lebaran. Hmm, apa, sih,
timphan itu? Timphan itu kue yang dibungkus daun pisang. Kue timphan dibuat
dari campuran tepung, gula, santan, pisang, dan telur. Rasanya manis dan lezat.
Sampai-sampai ada peribahasa di Aceh yang bunyinya begini, “Uroe goet buluen
goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasa.” Artinya saat hari baik di bulan
baik, aku harus bisa makan timphan lezat dari ibu.
Kue Delapan Jam
Nama
unik kue ini sesuai dengan lamanya waktu memasak. Yup! Sebab kue ini harus
dikukus selama 8 jam. Proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama,
membuat kue ini jadi istimewa. Pantaslah kalau kue ini selalu disajikan di saat
istimewa, termasuk di hari Lebaran. Kue berwarna kuning kecokelatan ini rasanya
manis, gurih, mantap. Bayangkan, untuk pembuatan satu loyang kue, dibutuhkan 20
butir telur bebek! Ck..ck...
Oleh
karena itulah menurut tradisi Palembang, sajian kue delapan jam berarti
penghormatan untuk para tamu.
Kue Tumbuk
Konon
kue ini asalnya dari Mandar, Sulawesi Selatan. Hebatnya kue ini tidak hanya
terkenal di Mandar. Tapi juga di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Weits! Kok bisa?
Bisa, karena ternyata penduduk Kotabaru, banyak yang berasal dari Mandar. Oow,
pantas! Kue tumbuk ini cuma muncul setahun sekali. Yaitu, saat bulan puasa dan
Lebaran. Saat hendak memasak, adonan kue yang dibuat dari beras ketan ini
dicetak di bambu. Barulah kemudian di bungkus daun pisang. Hmm, mirip seperti
lontong di Jawa. Bedanya, beras yang digunakan adalah beras ketan. Saat
dihidangkan, kue ini biasa disantap dengan sambal kacang, opor ayam atau
daging, dan sambal goreng hati. Hmm, seperti ketupat sayur yang disantap dengan
opor lengkap jika di Jawa, ya! O ya, di Mandar dan Kotabaru, kue ini salah satu
hidangan wajib saat Lebaran.
(Sumber: Bobo Edisi 24. Tahun XXXVII.
24 September 2009. Hal. 30-31)
(Foto: Istimewa. Teks: Yanti)