4 Juni 2019

Yang Lezat Saat Lebaran



Takbir berkumandang, tandanya Lebaran tiba. Saatnya berkumpul bersama keluarga dan saudara, untuk merayakan lebaran. Tentunya sambil menyantap makanan lezat khas lebaran. Tunggu! Setiap daerah punya makanan Lebaran yang berbeda-beda. Semuanya lezat. Mau coba? Nyam... Nyam... Nyam...

Tape dan Uli


Kedua makanan ini dibuat dari beras ketan. Tape dibuat dari beras ketan putih atau hitam yang diberi ragi. Kalau dibuat dari beras ketan putih, biasanya diberi pewarna hijau. Tape, rasanya manis asam. Tape biasanya disantap dengan uli. Uli dibuat dari beras ketan putih. Untuk membuat tape uli yang enak, dibutuhkan keahlian khusus. Pembuatan tape memakan waktu sekitar 3 hari. Lebih dari 3 hari, rasa tape semakin terasa manis asam. Dulu, orang Betawi saling mengirim tape uli pada saudara dan tetangga saat Lebaran. Bagi orang Betawi, tape uli juga jadi salah satu suguhan wajib bila ada tamu. Bagaimana di tempatmu?

Timphan


Kue asal Aceh ini, jadi hidangan wajib saat Idul Fitri dan Idul Adha. Ibu-ibu di Aceh biasanya membuat timphan 2 atau 3 hari menjelang lebaran. Hmm, apa, sih, timphan itu? Timphan itu kue yang dibungkus daun pisang. Kue timphan dibuat dari campuran tepung, gula, santan, pisang, dan telur. Rasanya manis dan lezat. Sampai-sampai ada peribahasa di Aceh yang bunyinya begini, “Uroe goet buluen goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasa.” Artinya saat hari baik di bulan baik, aku harus bisa makan timphan lezat dari ibu.

Kue Delapan Jam


Nama unik kue ini sesuai dengan lamanya waktu memasak. Yup! Sebab kue ini harus dikukus selama 8 jam. Proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama, membuat kue ini jadi istimewa. Pantaslah kalau kue ini selalu disajikan di saat istimewa, termasuk di hari Lebaran. Kue berwarna kuning kecokelatan ini rasanya manis, gurih, mantap. Bayangkan, untuk pembuatan satu loyang kue, dibutuhkan 20 butir telur bebek! Ck..ck...

Oleh karena itulah menurut tradisi Palembang, sajian kue delapan jam berarti penghormatan untuk para tamu.

Kue Tumbuk


Konon kue ini asalnya dari Mandar, Sulawesi Selatan. Hebatnya kue ini tidak hanya terkenal di Mandar. Tapi juga di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Weits! Kok bisa? Bisa, karena ternyata penduduk Kotabaru, banyak yang berasal dari Mandar. Oow, pantas! Kue tumbuk ini cuma muncul setahun sekali. Yaitu, saat bulan puasa dan Lebaran. Saat hendak memasak, adonan kue yang dibuat dari beras ketan ini dicetak di bambu. Barulah kemudian di bungkus daun pisang. Hmm, mirip seperti lontong di Jawa. Bedanya, beras yang digunakan adalah beras ketan. Saat dihidangkan, kue ini biasa disantap dengan sambal kacang, opor ayam atau daging, dan sambal goreng hati. Hmm, seperti ketupat sayur yang disantap dengan opor lengkap jika di Jawa, ya! O ya, di Mandar dan Kotabaru, kue ini salah satu hidangan wajib saat Lebaran.

(Sumber: Bobo Edisi 24. Tahun XXXVII. 24 September 2009. Hal. 30-31)
(Foto: Istimewa. Teks: Yanti)

0 komentar:

Posting Komentar