30 November 2017

Cake Mania Collection - Free Download Full Version for Games PC

Cake Mania

Categories 
 Time Management   Games for Girls 
  

In Cake Mania, Jill must continue the family tradition by running the cleanest, most quaint bakery in town! Can she muster the skills and sanity to run this operation smoothly? Help this little muffet upgrade her kitchen with state-of-the-art baking tools, while serving her increasingly picky customers. Can you help Jill earn enough dough to reopen her grandparents' bakery in this fast-paced culinary crisis? Play Cake Mania today!

Download Cake Mania
Link Download
Zippyshare | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 1
Zippyshare | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 2
Zippyshare | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Cake Mania 2

Categories 
 
Time Management  Games for Girls  

After helping reopen the Evans Bakery, Jill sends her grandparents on a long-overdue cruise and decides to get back to business by helping out her friends.

Download Cake Mania 2
Link Download
Zippyshare | Mediafire | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 1
Zippyshare | Mediafire | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 2
Zippyshare | Mediafire | Yandex Disk | Uptobox | Safefileku | Fileupload
Cake Mania 3

Categories 
 Time Management   Games for Girls 
  

As Jill nervously prepares for her wedding day, disaster strikes when a Time Bender shatters and she finds herself bouncing through various time periods in history - from Ancient Egypt and Revolutionary France, to an unknown future where anything is possible - and she must work quickly to find her way back before the ceremony begins!

Download Cake Mania 3
Link Download
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 1
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 2
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Download Cake Mania 3 (setup.exe)
Link Download
Mediafire | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 1
Mediafire | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 2
Mediafire | Safefileku | Fileupload
If the application doesn't work, please select download this below
Link Download
Mediafire | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 1
Mediafire | Safefileku | Fileupload
Link Alternative 2
Mediafire | Safefileku | Fileupload
Cake Mania - Back To Bakery

Categories 
 
Time Management  Games for Girls   

Cake Mania: Back to the Bakery is an expansion of the original Cake Mania. It has only slightly different game play and features from the original. 

After Jill saves her grandparents' bakery, she has to win the Cake Mania Bake-Off Contest to send her Grandparents on a cruise.

Download Cake Mania - Back To Bakery
Link Download
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 1
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 2
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Cake Mania - Main Street

Categories 
 Time Management
Games for Girls  

Cake Mania: Main Street is the fifth game to be released by Sandlot Games based on the original Cake Mania. New features include the ability to play as Jack, Risha, and Tiny in establishments other than the Evans Bakery. 

Newlyweds Jill and Jack return to Jill's hometown of Bakersfield only to discover Jill's favourite spot, Main Street, is all but abandoned thanks to the flashy new mega-mall, Bakersfield Corner. Distraught at the idea of her beloved Main Street's fading life, Jill comes up with a plan to get Main Street business booming again with the help of her baking expertise and the business skills of Jack, Risha, and Tiny.

Download Cake Mania - Main Street
Link Download
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Mediafire
Link Alternative 1
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Mediafire
Link Alternative 2
Solidfiles | Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Mediafire
Cake Mania - Lights, Camera, Action!

Categories 
 
Time Management  Games for Girls  

Jill is pregnant and must run a bakery, while her other friends run a pizzeria and a fashion shop.

Download Cake Mania - Lights, Camera, Action!
Link Download
Zippyshare | Yandex Disk | Solidfiles | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 1
Zippyshare | Yandex Disk | Solidfiles | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 2
Zippyshare | Yandex Disk | Solidfiles | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Cake Mania - To The Max!

Categories 
 
Time Management Games for Girls  

The picture of Oliver and Rose, Jill and Jack Evans' children, are shown in the intro. Jill imagines her teenage life. Jill has gone home. Her grandparents gave their apple to Jill.

Download Cake Mania - To The Max!
Link Download
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 1
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire
Link Alternative 2
Zippyshare | Yandex Disk | Safefileku | Fileupload | Mediafire

Sumber: Berbagai Sumber

19 November 2017

Jejak Hadiah Ayah


Jejak Hadiah Ayah

By: Ribkaria Lumban Gaol

Teeet!! Bel pulang sekolah berbunyi. Aku langsung merapikan tas dan segera pulang. Dalam perjalanan, aku sibuk menerka-nerka apa yang telah disiapkan Ayah untukku. Karena hari ini aku berulang tahun.

Sesampainya di rumah, aku mendapati suasana rumah sepi seperti biasanya. Aku memang hanya tinggal bertiga dengan Mama dan si Mbok, pembantu setia keluargaku sejak aku masih bayi.

Ayahku seorang nakhoda kapal. Beliau jarang pulang ke rumah. Akan tetapi, Ayah tidak pernah lupa memberi kabar kepadaku dan Mama. Ayah juga selalu mengirim hadiah setiap aku berulang tahun.

Tahun ini, adalah tahun ketiga kau merayakan ulang tahun tanpa Ayah. Sebenarnya, aku cuma berharap bisa merayakan ulang tahunku yang kesepuluh ini bersama Ayah di sampingku.

   “Mikha,” suara Mama yang lembut tiba-tiba memanggilku. “Ini surat dari Ayah,” lanjut Mama sambil menyodorkan surat berwarna biru tua. 

Ilustrasi: Jali

Aku bingung. Apakah tahun ini tidak ada kado untukku seperti tahun-tahun sebelumnya? Dengan perasaan sedih bercampur heran, aku membaca surat dari Ayah perlahan.

Hai, bajak laut! Temukanlah harta karun yang tersebar di lautan Nusantara! Ikuti setiap petunjuk, gunakan kecerdasan, dan kalahkan perahu yang menghadang! 

Ilustrasi: Jali

Aku hanya bengong membacanya. Apa maksud Ayah dengan bajak laut? Apakah ia sedang ingin bermain bajak laut denganku? Dari dulu, itu memang permainan favoritku dengan Ayah. Tetapi, Ayah, kan, sedang berlayar. Dengan kening mengernyit, kuteruskan juga membaca surat Ayah ke baris berikutnya. Di situ tertulis: Harta karun yang pertama ada di tempat yang digunakan suku Lamalera untuk memburu paus.

Aku berpikir sejenak. Detik berikutnya, aku segera berlari ke kamarku di lantai dua dan mencari buku tentang perahu yang dulu pernah dibelikan Ayah. Ternyata jawabannya: perahu pledang! Ya, perahu pledang adalah perahu suku Lamalera untuk memburu paus.

Ilustrasi: Jali

 Aku buru-buru mencari miniatur perahu pledang di koleksi perahu miniaturku. Begitu mendapat perahu itu, aku menemukan sebuah kunci. Aku langsung bertanya-tanya. Ini kunci apa, ya? Oh, iya! Ini, kan, kunci laci Ayah.

Segera saja kubuka laci Ayah sambil membayangkan kado yang sudah menungguku. Nafasku terengah-engah karena berlarian ke sana ke mari. Aku sudah tidak sabar membuka kadoku. Klik! Laci Ayah terbuka. Ternyata yang menyambutku hanyalah surat yang berisi tulisan tangan Ayah.

Sudah merasa puas? Tidak, pencarian baru dimulai. Tetaplah semangat dan jangan menyerah sampai jawaban terungkap. 

Aku merasa tertantang membacanya. Ayah benar, aku merasa gampang puas dan mudah lengah.

Aku pun mengikuti saran Ayah untuk membaca petunjuk berikutnya. Lestarikanlah aku, sang pejuang yang ikut berperang dengan masyarakat Banda.

Tak perlu pikir panjang. Aku langsung tahu kalau jawabannya pasti perahu kora-kora yang jadi kebanggaan masyarakat Banda. Masalahnya, aku tidak punya koleksi perahu mainan kora-kora. Dari kamar kerja Ayah, aku kembali ke kamarku. Aku sudah lelah dan kehilangan semangat.

Dengan sedih, kulihat foto kesayanganku bersama Ayah dan mama di dinding itu. Itu adalah foto sekeluarga ketika di Dufan. Latar belakang foto itu adalah wahana Kora-Kora. Ya, ampun! Pasti itu jawaban berikutnya! Segera kubalik foto itu. Ternyata, di baliknya tertempel sebuah kunci lagi.

Aku bingung. Ini kunci apa, ya? Sambil berpikir, kulihat jam di meja belajarku. Wah! Sudah jam empat sore rupanya. Nanti saja kutanya pada Mama tentang kunci ini. Lebih baik aku mandi dulu biar segar.

Selesai mandi dan berpakaian, aku mencari Mama utnuk menanyakan kunci misterius itu. Tetapi, kok, rumahku kosong, ya? Walau kupanggil Mama dan si Mbok, tetap tak ada yang menyahut. Setengah jam kemudian, aku memutuskan untuk mencari di kebun belakang, siapa tahu mereka ada di sana. Aku genggam kunci rumahku erat-erat. Aku agak takut juga sebenarnya tinggal sendirian. Saat akan membuka pintu ke kebun belakang, pintunya terkunci. Aneh. Pintu kebun, kan, tidak pernah dikunci. Mana kuncinya, ya?

Sebuah ide terlintas dibenakku. Kenapa tidak kubuka saja dengan kunci misterius? Dengan deg-degan, aku pun membuka kunci, klik! Ternyata berhasil! Pelan-pelan, kuputar gagang pintu dan membuka ke arah luar.

Ilustrasi: Jali

Tiba-tiba, terdengar suara orang banyak berteriak,

“Selamat ulang tahun!!”

Aku hanya melongo dan terkejut. Kebun belakang telah disulap menjadi arena pesta penuh balon dan pita. Selain itu, di kebun sudah penuh dengan teman-teman sekelasku, Mama, dan si Mbok. Itu Ayahku! Aku segera berlari memeluk Ayah dengan gembira.

“Selamat ulang tahun, Nak!” kata Ayahku bangga. “Kau telah berhasil memecahkan setiap teka-teki. Nah, inilah harta karunmu, hadiah ulang tahun dari Ayah dan Mama,” lanjutnya sambil memberi hadiah besar sekali.

Aku tersenyum lebar. Menurutku, inilah hari ulang tahunku yang paling membahagiakan!

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal. 32-33)

Cahaya Lemon


Cahaya Lemon

By: Maudy Rizqi Maghfirlana

Dimas baru saja pulang dari sekolah. Siang itu, sangatlah terik. Dimas memutuskan untuk pulang cepat. Saat ia membuka pagar, sepucuk surat terselip di antara pagar rumahnya. Surat tersebut ditujukan kepada dirinya. Tak ada alamat, juga nama pengirim. Amplop surat tersebut sedikit lebih besar dari amplop yang biasa beredar. Dimas membawanya masuk ke rumah. Rumah Dimas kosong. Ibunya sedang menjemput adiknya di sekolah. Mbak Iyah, pembantunya, mungkin ke warung, pikir Dimas. Setelah ganti baju dan makan siang, Dimas masuk ke kamarnya dan membuka surat tadi.

Ilustrasi: Xiu

Amplop tersebut berisi dua helai kertas. Kertas pertama berisi tulisan dan kertas kedua... kosong! Kertas pertama bertuliskan:

Apa kabar Dimas? Sudah 2 tahun kita tidak bertemu. Keluargaku memutuskan kembali ke kota, tetapi rumahku berbeda dengan yang dulu. Aku ingin sekali bertemu denganmu, maka kunjungilah aku.

Tertanda: teman percobaan.

Di pojok surat terdapat note yang bertuliskan: Kertas kosong yang kau terima adalah peta menuju rumahku. Lakukan percobaan cahaya lemon, maka peta tersebut akan terbaca.

Dimas masih belum mengerti isi dari note tersebut. Ia juga masih mencari nama si pengirim. Dimas mencoba mengingat-ingat nama teman-temannya dua tahun yang lalu, saat ia masih kelas 4 SD. Ia masih belum menemukan siapakah ‘teman percobaan’ tersebut. Dimas pun bertanya-tanya, apakah percobaan lemon itu?

  Saat berpikir tentang percobaan cahaya lemon, tiba-tiba Dimas melihat ke atas meja belajarnya. Terdapat sebuah pigura kecil di atasnya. Dalam pigura itu, terdapat foto dua anak laki-laki sedang berangkulan. Mereka tampak akrab sekali.

Mungkinkah dia ‘teman percobaan’ tersebut? Dimas bertanya dalam hati.

 Mungkinkah dia pindah ke kota ini lagi? Yang tahu tentang percobaan cahaya lemonn adalah dia... tidak salah lagi! Dimas mulai ingat, bagaimana cara membaca peta di atas kertas kosong tersebut. Dimas tersenyum senang.

Saat ini, hari masih siang. Tidak mungkin surat tersebut dapat dibaca. Masih terlalu banyak cahaya yang masuk. Alat pembaca peta tersebut tidak akan berguna. Dimas menunggu sampai malam menjelang.

Matahari mulai terbenam. Orang tua Dimas telah berada di rumah, begitu pula adiknya. Setelah makan malam, Dimas bergegas masuk ke kamarnya dan mematikan lampu kamar. Kini, kamar itu gelap gulita. Dimas berjalan menuju meja belajarnya. Ia kemudian menyalakan lampu belajarnya. Dimas mengambil kertas kosong yang tadi disimpannya. Perlahan, Dimas mendekatkan kertas kosong tersebut ke arah cahaya lampu belajarnya.

Ilustrasi: Xiu

Tiba-tiba, perlahan, muncul goresan-goresan di kertas kosong tersebut. Semakin dekat dengan sinar lampu, goresan-goresan semakin terlihat jelas. Setelah kertas kosong cukup dekat dengan lampu, goresan-goresan itu membentuk sebuah peta. Dimas tersenyum puas dengan hasil yang ia kerjakan.

“Percobaan cahaya lemon. Air lemon yang dituliskan atau digoreskan di atas kertas, akan terbaca bila didekatkan ke arah lampu,” Dimas bergumam.

Di peta tersebut, Dimas melihat tanda silang yang menunjukkan rumah si ‘teman percobaan’.

“Rupanya, rumahnya tidak jauh dari sini. Cukup dengan bersepeda, aku bisa sampai di rumahnya. Baiklah, hari Minggu besok, aku akan mendatanginya,” gumam Dimas lagi.

Dimas segera menyimpan kembali kertas tersebut. Saat ditarik dari cahaya lampu, peta kembali terlihat samar dan akhirnya menghilang. Dimas tidak sabar menunggu sampai keesokan hari. Ia akan bertemu dengan sahabat lamanya lagi.

Matahari baru saja memendarkan cahaya merahnya. Dimas bersepeda menuju tempat yang ditunjukkan peta yang ia baca tadi malam. Beberapa gang dan belokan telah dilewatinya. Sekarang, Dimas telah berdiri di depan sebuah rumah sederhana yang cukup asri. Jantungnya berdegup keras. Ia sudah tidak sabar melihat sahabat yang pernah menemaninya melakukan berbagai percobaan.

Dimas memencet bel di samping pagar. Tak berapa lama, pintu rumah terbuka. Muncul seorang anak laki-laki sebayanya berlari ke arahnya. Anak laki-laki tersebut sama girangnya dengan Dimas. Mereka saling berpelukan.

Ilustrasi: Xiu

“Tak kusangka kamu akan mengunjungiku secepat ini,” kata anak laki-laki tersebut.

“Pesan yang kamu tinggalkan terlalu mudah untuk aku pecahkan, Irfan. Bagaimana kabarmu?” tanya Dimas.

Anak laki-laki tersebut bernama Irfan. Dulu, dia dan Dimas bersahabat. Tetapi, Irfan harus pindah sekolah saat kelas 4 SD.

“Rupanya, kamu masih ingat dengan percobaan cahaya lemon yang sering kita lakukan dulu. Aku baik-baik saja, dan aku akan menetap di kota ini. Aku akan menemanimu lagi. Kita akan terus melakukan percobaan.”

Kedua sahabat tersebut tertawa senang dan saling berangkulan. Mereka menuju ke dalam rumah untuk saling bertukar cerita.

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal. 46-47)

Nyanyian Katrina

Nyanyian Katrina

By: Dian Kristiani

Katrina adalah seorang gadis kecil, putri bangsawan yang kaya. Ia gemar sekali bernyanyi. Ia juga suka bermain gitar. Permainan gitarnya indah sekali. Sayang, nyanyian Katrina tidak seindah permainan gitarnya.

Ilustrasi: Melani

Orang-orang menjuluki Katrina dengan sebutan “Si Suara Gagak”. Sebab, suara Katrina lebih mirip teriakan burung gagak. Mereka selalu menutup telinga saat mendengar Katrina bernyanyi. Namun, mereka tak berani melakukannya di depan Katrina. Mereka takut Katrina akan marah. Katrina bahkan sudah tiga kali memecat pengasuhnya karena para pengasuh itu berkata jujur.

“Sebaiknya, kau jangan bernyanyi terlalu keras. Nanti orang-orang akan mengejekmu,” kata Nyonya Linda, pengasuh pertama.

“Permainan gitarmu sungguh indah, sayang suaramu tidak seindah itu,” kata Nyonya Grace, pengasuh kedua.

“Apa? Kau ingin menghibur korban banjir dengan nyanyian? Sebaiknya jangan Katrina, atau mereka akan semakin merana,” kata Nyonya Jane, pengasuh ketiga.

Ilustrasi: Melani

Akhirnya, tidak ada lagi yang berani melamar menjadi pengasuh Katrina. Ibu Katrina pusing memikirkannya. Lagi-lagi, ia harus memasang pengumuman lowongan kerja sebagai pengasuh Katrina.

Nun jauh di desa terpencil, tinggallah seorang wanita tua bernama Nyonya Edelweiss. Dulu, Nyonya Edelweiss adalah seorang guru musik. Ia juga pandai menyanyi. Nyonya Edelweiss mendengar tentang lowongan kerja itu. Ia tertarik untuk melamar. Setelah menjalankan serangkaian tes, Nyonya Edelweiss pun resmi menjadi pengasuh Katrina yang baru.

Katrina senang mendapat pengasuh yang juga suka bermain musik dan bernyanyi. Katrina lalu mengajak Nyonya Edelweiss berlatih musik di taman. Saat Katrina mulai bernyanyi, Nyonya Edelweiss terkejut. Itu suara terburuk yang pernah ia dengar.

“Bagaimana Bu Edelweiss, apakah suaraku sudah cukup bagus untuk lagu ini?” tanya Katrina.

Nyonya Edelweiss diam, ia tak menjawab. Ia malah menyuruh Katrina untuk memainkan gitarnya dan mengiringinya bernyanyi.

“Wah, suaramu sungguh merdu, Bu Edelweiss. Bagaimana jika kita berduet di pesta tahun baru?”

Nyonya Edelweiss tersenyum dan menjawab.

“Boleh saja. Untuk itu, kita harus rajin berlatih. Akan lebih baik jika kita berlatih di dekat gua di atas bukit di sana. Di sana, suasananya sunyi dan tidak akan ada yang mengganggu kita.”

Keesokan harinya, Nyonya Edelweiss mengajak Katrina menaiki bukit. Di atas bukit itu, terdapat banyak gua. Katrina amat senang. Latihan pun dimulai.

Nyonya Edelweiss meminta Katrina untuk bernyanyi sendiri. Katrina pun dengan percaya diri mulai bernyanyi. Tak lupa, ia memetik senar gitarnya.

Baru saja ia mendendangkan satu baris syair, terdengar suara yang buruk di telinganya. Suara itu mirip suara burung gagak. Katrina menajamkan telinganya, namun suara itu telah hilang. Ia bernyanyi lagi.... Heran, lagi-lagi suara itu muncul. Setiap kali Katrina bernyanyi, suara itu terus muncul menirukan nyanyiannya! Katrina mulai jengkel. Ia berteriak.

“Hei... siapa yang menyanyikan laguku?”

“Hei... siapa yang menyanyikan laguku?” terdengar suara yang sama menyahutnya.

Ilustrasi: Melani

Nyonya Edelweiss meletakkan keranjang bunganya. Ia mendekati Katrina dan duduk di sebelahnya. Dengan hati-hati, Nyonya Edelweiss berkata, “Tidak ada yang menirukanmu, Katrina. Suara yang kau dengar tadi adalah suaramu sendiri.”

“Suaraku sendiri? Tak mungkin! Suara yang kudengar tadi lebih mirip suara burung gagak. Bukankah suaraku indah?” jawab Katrina marah.

Nyonya Edelweiss kemudian menggandeng tangan Katrina dan mengajaknya mendekati gua. Ia menyuruh Katrina kembali berteriak. Lagi-lagi suara itu bergema menirukannya. Sekarang, sadarlah Katrina bahwa suara yang buruk itu memang suaranya sendiri.

“Ya ampun... begitu jeleknya suaraku!” Katrina menangis. “Berarti selama ini para pengasuhku benar.”

Nyonya Edelweiss tersenyum.

“Katrina, suaramu mungkin tidak indah. Tetapi permainan gitarmu sungguh indah. Sebagai manusia, kita tidak mungkin mampu melakukan semua hal dengan sempurna. Tuhan sudah memberi kita kelebihan masing-masing.”

“Tetapi aku suka sekali bernyanyi,” sergah Katrina.

“Aku tahu. Kau pasti bisa bernyanyi dengan indah jika kau mau rajin berlatih. Aku tak keberatan melatihmu. Tetapi sebaiknya, untuk acara tahun baru nanti, kau bermain gitar dan aku yang bernyanyi. Pasti para tamu akan senang. Aku yakin tahun depan, kau sudah bisa tampil bernyanyi dengan baik. Tentu jika kau mau berlatih dengan sungguh-sungguh,” kata Nyonya Edelweiss.

Katrina tersenyum mendengarnya. Siang itu, dari atas bukit, terdengar lantunan merdu suara Nyonya Edelweiss diiringi petikan gitar yang indah dari Katrina.

(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII. 18 November 2010. Hal 10-11)