Upik sedang rajin mengirim kuis ke
majalah anak-anak. Hadiahnya boneka cantik. “Semoga aku menang,” kata Upik
sambil mengirim jawaban kuisnya.
Setiap kali Upik membuka pengumuman
pemenangnya, dia selalu kecewa. “Kenapa tidak menang lagi, sih? Padahal,
jawabanku benar, lo!”
“Pemenang kuis itu diundi, Pik. Jadi,
tidak semua yang jawabannya benar bisa dapat hadiah,” jelas Bobo. “Tapi, aku
sudah berkali-kali mengirimnya, Bo!” bantah Upik.
“Coba lagi saja!” saran Bobo. Tetapi,
Upik malah menangis. “Aku sudah mencoba terus, Bo, tapi tidak pernah menang.
Pasti majalahnya curang!” tuduh Upik.
Bobo kehabisan akal. “Gimana kalau kamu
membeli bonekanya saja, Pik?” usul Bobo. “Tidak mau! Aku maunya menang kuis
itu!” bantah Upik keras kepala.
Diam-diam, Bobo ingin memberi kejutan
untuk Upik. Dia membeli hadiah boneka yang sama dengan hadiah kuis di majalah,
lalu mengirimkannya lewat pos. Upik senang sekali.
Tetapi, waktu membuka majalahnya, Upik
terkejut. “Lo, kenapa namaku tidak ada di sini? Bo, bagaimana ini? Mana
namaku?” rengek Upik. Bobo jadi bingung.
“Memangnya kenapa? Kamu mau hadiahnya
atau tidak?” tanya Bobo. “Aku ingin menang karena ingin melihat namaku tertulis
di majalah. Biar aku terkenal, Bo!” jawab Upik. (Vero)
(Sumber: Bobo Edisi 32. Tahun XXXVIII.
18 November 2010. Hal. 6-7)
Ilustrasi: Rudi. Warna: Agus.