10 September 2019

Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang - Padi Pak Pani





Sekarang musim panen. Bona dan Rong Rong jalan-jalan ke sawah untuk melihat panen raya. Wow, ramai sekali di sana!


Pak Pani mengangkut padi-padi yang telah diikatnya pada sepeda. Srrr... Pak Pani mengayuh sepeda.


Duarrr! Tiba-tiba... Ban sepeda Pak Pani bocor! Pak Pani kebingungan. Bona dan Rong Rong langsung menghampirinya.


“Biar kuangkut padi-padi itu, Pak” kata Bona sambil menjulurkan belalainya. Pak Pani dan Rong-Rong memindahkan padi ke belalai Bona.


“Horeee... Bona Hebat!” Anak-anak yang melihat aksi Bona bertepuk tangan. “Terima kasih, Bona, Rong Rong! Aku punya sekendi es dawet lezat buat kalian!” kata Pak Pani tulus. Slruuup, segarnya! (Dwi)

(Sumber: Bobo Edisi 22. Tahun XXXVII. 10 September 2009. Hal. 47)
Ilustrasi: WAN’D Studio

Ceritera Dari Negeri Dongeng - Robot Menari




Oki, Felip, dan Glegek asyik bermain dengan robot-robotan mereka. Sementara Nirmala dan para dayang berlatih menari. “Oki, ayo ikut kami menari!” ajak dayang Bulbun. “Huh, apa enaknya menari! Lebih seru main robot bersama kami, Dayang!” seru Oki sambil tertawa. Mereka tak tahu kalau Pipiyot sedang mengintai mereka.


“Hihihi, mereka sedang bersenang-senang. Akan kukacaukan mereka! Hihihi...” Pipiyot tertawa iri. Ia lalu menyulap, “BLUR GUMBLUR GUM... BLAAARR!”


Saat itu juga, robot-robot milik Oki, Glegek, dan Felip menjadi besar. BUM BUM BUM! Robot-robot itu bergerak sendiri. “Gawat, robot kita jadi besar!” seru Oki panik.

“Robot-robot, kejar para dayang!” perintah Pipiyot. Dengan patuh, robot-robot itu mengejar dayang Bulbun dan Kupai. “Nirmalaaaa... tolooong...” teriak mereka ketakutan.


Nirmala segera mengayunkan tongkat wasiatnya, “Sim salabim!” namun, robot-robot itu tidak menjadi kecil. “Hihihi, tongkat wasiatmu tidak sakti lagi, Nirmala!” ejek Pipiyot.


Ternyata, Nirmala memang tidak menyulap agar robot menjadi kecil. Ia menyulap agar robot patuh pada perintahnya. “Robot-Robot, menarilah dengan Pipiyot!” perintah Nirmala. Saat itu juga, para robot berebutan menarik tangan Pipiyot. “Hahaha, sekarang ayo kita semua menari bersama robot dan Pipiyot,” seru Oki. Semua tertawa geli.  (Vanda P)

(Sumber: Bobo Edisi 22. Tahun XXXVII. 10 September 2009. Hal. 42-43)
Ilustrasi: WAND Studio

Senyum Bunga Bugenvil




Sebuah pohon bugenvil uring-uringan. Bunga yang biasanya bermekeran, kini tak terlihat. Seekor kupu-kupu menghampirinya. Pohon bugenvil pun menumpahkan curahan hatinya.

“Sudah lama aku tidak melihat rimbunnya bunga-bungamu. Ada apa bugenvil?” tanya seekor kupu-kupu kepada bunga bugenvil.

“Bagaimana mau berbunga. Huh! Manusia yang menanamku tidak tahu kesukaanku. Dia juga tidak tahu hal yang aku benci,” curhat si bugenvil.

“Ceritakanlah padaku!” perintah kupu-kupu kepada bugenvil.

“Kau lihat sendiri, aku ditaruh di ruangan, aku tidak suka di dalam ruangan!” kata bugenvil memulai curhatnya.

“Bukankah kau pernah ditanam di luar ruangan? Tetapi, kau juga malas berbunga,” jawab kupu-kupu sambil keheranan.

“Tentu saja aku malas berbunga. Sebab aku ditaruh di tanah becek. Aku tidak suka tanah yang becek. Iiih, jorok!” tukas bugenvil dengan kesalnya.

“Jadi, kau ingin ditanam di luar ruangan dan tidak di tanah becek?” tanya kupu-kupu menanggapi kekesalan bugenvil.

“Ya! Aku tidak apa-apa ditanam di pot. Yang penting, tanahku tidak becek dan aku bisa puas bermandi di matahari.” Ujar bugenvil dengan semangat.

“Mandi matahari?” tanya kupu-kupu ingin tahu.

“Betul! Aku senang berjemur. Yaaah... paing tidak, lima jam dalam sehari aku berjemur. Tetapi... mengapa pemilikku ini tidak bisa mengerti aku, ya?” ujar bugenvil dengan murungnya.

Kupu-kupu membujuk bugenvil,“Begini saja. Biar aku bisiki dia. Tetapi janji, ya, sesudah keinginanmu dituruti, berbungalah yang banyak. Kami sangat suka keindahanmu.”

“Tentu, terima kasih. Oh iya, ada lagi yang membuatku kesal,” ujar bugenvil mengenai kekesalannya lagi kepada kupu-kupu.

“Apa itu?” tanggap kupu-kupu.

“Banyak manusia mengatakan bahwa tanaman bugenvil memiliki bunga warna-warni. Ada yang putih, jingga, merah keunguan, dan banyak lagi. Padahal itu bukanlah bunga.” Jawab bugenvil dalam menjelaskan kekesalannya.

“Apa yang harus aku jelaskan pada para manusia?”

“Katakan bahwa yang beraneka warna itu hanyalah daun pelindung bunga. Bungaku sendiri berwarna putih. Memang, sih, bungaku kecil. Tiga helai daun pelindung bunga seolah menutupi tiga tangkai bunga kecilku.”

“Baiklah, akan aku sampaikan,” janji kupu-kupu kepada bugenvil.

“Terima kasih, kupu-kupu!” ujar bugenvil dengan senangnya.

Selama ini kita hanya tahu, bahwa bunga bugenvil memiliki banyak warna. Padahal bunga bugenvil sendiri hanya berwarna putih yang memiliki tiga tangkai bunga kecil. Sedangkan bunga yang berwarna-warni pada bugenvil hanyalah daun pelindung dari tiga tangkai bunga kecil pada bugenvil. Perawatan bugenvil tidaklah susah, kalau kita meletakkannya di tempat tepat yang cukup dengan sinar mataharinya.

Berikut fakta tentang Bugenvil yang perlu kita ketahui:
* Berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit.
* Berasal dari Amerika Utara; sekarang banyak dijumpai di seluruh dunia yang beriklim hangat.
* Diklasifikasikan tahun 1768 oleh Dr. Philibert Commerçon, seorang ahli botani asal Perancis, saat sedang menemani seorang penjelajah bernama Louis Antoine de Bougainville. Saat itu mereka menjelajah hingga ke Brazil.
* Di sekitar Khatulistiwa, bugenvil bisa berbunga sepanjang tahun. Di luar daerah itu, bugenvil berbunga pada musim-musim tertentu saja.

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 2)
(Foto: Istimewa. Teks: Pipit)

6 September 2019

Memoir of a Murderer (2017) Subtitle Indonesia



Information 
*Alternative Title: A Murderer’s Guide to Memorization, 살인자의 기억법
*Status: Complete
*Type: Movie
*Duration: 1 Jam 58 min.
*Aired: 6 September
2017
*Director:
Won Shin-yun
*Genres: Action, Crime, Thriller
*Country: South Korea 
*Rated:
17+ or Older  
*Score: 8.3/10 (MyDramaList)


Cast  
*Sol Kyung-Gu (Byeong-Soo)
*Kim Nam-Gil (Tae-Joo) 
*Seol Hyun (Eun-Hee) 
*Oh Dal-Su (Byeong-Man)   

 
Sinopsis

Byeong-Soo yang dulunya seorang mantan pembunuh berantai, namun karena sebuah penyakit Alzheimer (hilang ingatan) diapun kini hanya tinggal bersama seorang putri yang bernama Eun-Hee, sebenarnya anak tersebut bukanlah anak kandungnya melainkan seorang putri dari salah satu korban yang ia bunuh.

Suatu hari, Byeong-Soo mengingat kembali kejadian masa lalu dimana ada seorang pembunuh Tae-Joo yang ikut mengalami kecelakaan mobil, saat ini Tae-Joo mulai mendekati Eun-Hee untuk membunuhnya. Untuk dapat melindungi Eun-Hee, Byeong-Soo harus berusaha mengingat kembali ingatannya dan berusaha membunuh Tae-Joo agar putrinya selamat.

Link Download Movie Korea Memoir of a Murderer (2017) Subtitle Indonesia

360p mp4 [Hardsub]____
Link Download: Solidfiles | Mp4upload | Uptobox | Files | Sendit
Link Alternative 1: Solidfiles | Mp4up | Uptobox | Files | Sendit
Link Alternative 2: Solidfiles | Mp4upload | Uptobox | Files | Sendit | Fembed | UpStream


Sumber: Berbagai sumber

3 September 2019

Idola-Idola Teru


Idola-Idola Teru

By: Yuniar Khairani

Teru  menarik ke atas rambutnya yang telah dioles dengan styling foam. Rambutnya kini tampak berdiri. Ia lalu meraih hair dryer Mama dan menyalakannya. Hawa panas mengalir dari benda itu dan Teru mengarahkannya ke rambutnya. Sesaat kemudian, selesailah tatanan rambutnya yang terbaru. Ia pun siap berangkat ke sekolah setelah memakai gelang akar-akaran di pergelangan tangannya.

“Astaga Teruuu!” jerit Mama dari meja makan ketika melihat penampilan Teru. “Kamu apakan rambutmu?” 

Ilutsrasi: Yoyok


Teru meraba rambut berdirinya dengan wajah tersipu. “Hehe, aku ingin punya rambut keren seperti Ugi, Ma!” jawabnya.

Mama mengerutkan kening. “Ugi, siapa? Dia pakai gelang seperti itu juga?” Mama merasa tak mengenal nama itu. Teru cengengesan.

“Ugi penyanyi lagu Yang Pertama itu, lo, Ma!”

Mama menggelengkan kepala dengan wajah yang tak senang, “Jangan dandan seperti itu di sekolah, dong!” Teru hanya nyengir.

“Jangan khawatir, Ma! Enggak apa-apa, kok!”

Ternyata di sekolah, Teru ditegur Pak Guru.

Ilutsrasi: Yoyok


“Boleh-boleh saja berdandan seperti ini kalau kamu mau jalan-jalan atau menyanyi di panggung. Tapi kalau ke sekolahm tidak perlu menata rambut seperti itu. Apalagi pakai gelang-gelang seperti itu!”

Teru menceritakan teguran gurunya itu pada Mama. Bukannya membela Teru, Mama malah menyerahkan sehelai kertas padanya.

“Mama tadi download berita tentang Ugi dari internet. Ugi itu tertangkap basah berpesta narkoba di rumah temannya!” Mama bergidik ngeri.

“Kamu boleh saja mengidolakan lagu dan hasil karyanya. Tapi tidak perlu meniru gaya hidupnya...” Mama berusaha menasehati Teru.

Akan tetapi, Teru tidak bisa menghentikan kebiasaannya. Begitu menyukai penyanyi atau bintang film tertentu, ia berusaha meniru dandanannya, sepatu kesukaannya, gaya rambutnya. Mama jadi agak kesal pada Teru.

Suatu hari, Mama menunjukkan daftar berisi nama-nama artis. Teru membacanya. “Kenal nama-nama itu?” tanya Mama.

Teru mengangguk yakin, “Kenal, dong, Ma! Memangnya kenapa?”

Mama mengambil kembali daftar nama-nama itu dan membuat tiga kolom yang baris teratasnya bertuliskan Nama, Negatif, dan Positif. Teru melihat Mama dengan terheran-heran. “Apa itu Ma?”

Mama hanya berujar, “lihat saja sendiri!”

Lalu Mama menyuruh Teru memilih nama-nama artis yang disukainya dari daftar. Ia juga boleh menambahkan sendiri nama artis idolanya yang belum ada di daftar. Teru menuliskan nama artis-artis idolanya di kolom Nama.

Mama mulai bertanya, apa saja yang membuat Teru suka pada artis itu.

“Lagunya bagus, Ma!” ujar Teru. “Orangnya sopan, Ma,” ujarnya lagi. “Jaketnya juga selalu keren!” tambahnya. 

Ilutsrasi: Yoyok


Mama menuliskan semuanya pada daftar kolom positif. Selanjutnya Mama menanyakan berita negatif tentang artis itu yang Teru tahu.

“Dia meninggalkan istrinya, Ma!” jawab Teru. “Pernah tertangkap karena pakai narkoba juga!” tambahnya. “Bicaranya juga kurang sopan, Ma!” ujar Teru lagi. Dengan tekun Mama menuliskan semua itu pada daftar kolom negatif.

Mama lalu menunjukkan catatan itu pada Teru. Betapa terkejutnya Teru ketika melihat daftar yang dibuat Mama. Dari 20 nama artis idolanya, hanya seorang saja yang menurut Teru memiliki akting yang bagus, juga sopan pada orang lain dan hormat pada orangtuanya.

Teru termangu-mangu menatap daftar yang dibuat Mama.

“Jadi, artis seperti ini yang menjadi idola Teru?” Mama pura-pura terkejut.

“Mama, kan, hanya bikin daftarnya. Teru sendiri yang mengisinya, kan?”

Teru tersenyum dan mengangguk. Kini ia mengerti maksud Mama. Boleh-boleh saja ia punya idola artis terkenal. Boleh-boleh saja ia menyukai karya mereka. Namun, teru harus memilih gaya hidup yang cocok dengannya sebagai anak sekolah.

“Ma, aku sebaiknya menjadi diriku sendiri, kan? Tidak ikut-ikutan gaya idolaku?” ujar Teru kemudian.

Mama tersenyum sambil mengacak rambut Teru. “Betul, anak pintar!”

(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2 September 2010. Hal. 32-33)