Idola-Idola Teru
By: Yuniar Khairani
Teru menarik ke atas rambutnya yang telah dioles
dengan styling foam. Rambutnya kini tampak berdiri. Ia lalu meraih hair
dryer Mama dan menyalakannya. Hawa panas mengalir dari benda itu dan Teru
mengarahkannya ke rambutnya. Sesaat kemudian, selesailah tatanan rambutnya yang
terbaru. Ia pun siap berangkat ke sekolah setelah memakai gelang akar-akaran di
pergelangan tangannya.
“Astaga
Teruuu!” jerit Mama dari meja makan ketika melihat penampilan Teru. “Kamu
apakan rambutmu?”
Ilutsrasi: Yoyok |
Teru
meraba rambut berdirinya dengan wajah tersipu. “Hehe, aku ingin punya rambut
keren seperti Ugi, Ma!” jawabnya.
Mama
mengerutkan kening. “Ugi, siapa? Dia pakai gelang seperti itu juga?” Mama
merasa tak mengenal nama itu. Teru cengengesan.
“Ugi
penyanyi lagu Yang Pertama itu, lo, Ma!”
Mama
menggelengkan kepala dengan wajah yang tak senang, “Jangan dandan seperti itu
di sekolah, dong!” Teru hanya nyengir.
“Jangan
khawatir, Ma! Enggak apa-apa, kok!”
Ternyata
di sekolah, Teru ditegur Pak Guru.
Ilutsrasi: Yoyok |
“Boleh-boleh
saja berdandan seperti ini kalau kamu mau jalan-jalan atau menyanyi di
panggung. Tapi kalau ke sekolahm tidak perlu menata rambut seperti itu. Apalagi
pakai gelang-gelang seperti itu!”
Teru
menceritakan teguran gurunya itu pada Mama. Bukannya membela Teru, Mama malah
menyerahkan sehelai kertas padanya.
“Mama
tadi download berita tentang Ugi dari internet. Ugi itu tertangkap basah
berpesta narkoba di rumah temannya!” Mama bergidik ngeri.
“Kamu
boleh saja mengidolakan lagu dan hasil karyanya. Tapi tidak perlu meniru gaya
hidupnya...” Mama berusaha menasehati Teru.
Akan
tetapi, Teru tidak bisa menghentikan kebiasaannya. Begitu menyukai penyanyi
atau bintang film tertentu, ia berusaha meniru dandanannya, sepatu kesukaannya,
gaya rambutnya. Mama jadi agak kesal pada Teru.
Suatu
hari, Mama menunjukkan daftar berisi nama-nama artis. Teru membacanya. “Kenal
nama-nama itu?” tanya Mama.
Teru
mengangguk yakin, “Kenal, dong, Ma! Memangnya kenapa?”
Mama
mengambil kembali daftar nama-nama itu dan membuat tiga kolom yang baris
teratasnya bertuliskan Nama, Negatif, dan Positif. Teru melihat Mama dengan
terheran-heran. “Apa itu Ma?”
Mama
hanya berujar, “lihat saja sendiri!”
Lalu
Mama menyuruh Teru memilih nama-nama artis yang disukainya dari daftar. Ia juga
boleh menambahkan sendiri nama artis idolanya yang belum ada di daftar. Teru
menuliskan nama artis-artis idolanya di kolom Nama.
Mama
mulai bertanya, apa saja yang membuat Teru suka pada artis itu.
“Lagunya
bagus, Ma!” ujar Teru. “Orangnya sopan, Ma,” ujarnya lagi. “Jaketnya juga
selalu keren!” tambahnya.
Ilutsrasi: Yoyok |
Mama
menuliskan semuanya pada daftar kolom positif. Selanjutnya Mama menanyakan
berita negatif tentang artis itu yang Teru tahu.
“Dia
meninggalkan istrinya, Ma!” jawab Teru. “Pernah tertangkap karena pakai narkoba
juga!” tambahnya. “Bicaranya juga kurang sopan, Ma!” ujar Teru lagi. Dengan
tekun Mama menuliskan semua itu pada daftar kolom negatif.
Mama
lalu menunjukkan catatan itu pada Teru. Betapa terkejutnya Teru ketika melihat
daftar yang dibuat Mama. Dari 20 nama artis idolanya, hanya seorang saja yang
menurut Teru memiliki akting yang bagus, juga sopan pada orang lain dan hormat
pada orangtuanya.
Teru
termangu-mangu menatap daftar yang dibuat Mama.
“Jadi,
artis seperti ini yang menjadi idola Teru?” Mama pura-pura terkejut.
“Mama,
kan, hanya bikin daftarnya. Teru sendiri yang mengisinya, kan?”
Teru
tersenyum dan mengangguk. Kini ia mengerti maksud Mama. Boleh-boleh saja ia
punya idola artis terkenal. Boleh-boleh saja ia menyukai karya mereka. Namun,
teru harus memilih gaya hidup yang cocok dengannya sebagai anak sekolah.
“Ma,
aku sebaiknya menjadi diriku sendiri, kan? Tidak ikut-ikutan gaya idolaku?”
ujar Teru kemudian.
Mama
tersenyum sambil mengacak rambut Teru. “Betul, anak pintar!”
(Sumber: Bobo Edisi 21. Tahun XXXVIII. 2
September 2010. Hal. 32-33)